Kecurigaan Korupsi Garuda Indonesia, dari Harga Sewa Pesawat hingga Terlalu Banyak Jenis Pesawat
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan ada alasan-alasan tertentu mengapa Garuda Indonesia dicurigai terjerat kasus korupsi.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan ada alasan-alasan tertentu mengapa Garuda Indonesia dicurigai terjerat kasus korupsi.
Salah satunya yaitu terkait mahalnya biaya sewa pesawat Garuda Indonesia dibandingkan dengan maskapai lain.
Erick menyebut biaya sewa pesawat itu mencapai angka 28 persen.
Sangat jauh jika dibandingkan maskapai lain yang berada di kisaran 8 persen.
Bahkan ketika Garuda melakukan penyewaan pesawat kepada 32 lessor, maskapai lain rata-rata hanya menyewa pesawat kepada 3-4 lessor.
"Ketika lessor kita termahal 28 persen dibandingkan maskapai lain yang 8 persen, tentu mesti kita cek kenapa lessor ini kemahalan. Kan memang di dunia ini merek pesawat cuma dua, Airbus dan Boeing yang terbesar, walaupun ada ATR dan lainnya. Dari situ kita melihat ada indikasi (korupsi) makanya kita melakukan audit investigasi dengan BPKP," ujar Erick dalam acara Kompas TV Sapa Indonesia Malam, Selasa (11/1/2022).
Baca juga: Duduk Perkara Erick Thohir Laporkan Dugaan Korupsi di Garuda Indonesia, Terkait Pengadaan Pesawat
Selain itu, Erick memaparkan Garuda Indonesia terlalu memiliki berbagai jenis macam pesawat.
Berdasarkan informasi, Garuda Indonesia memiliki 13 jenis pesawat.
Sedangkan maskapai lain rata-rata hanya memiliki 3-4 jenis pesawat saja.
Menurut Erick, banyaknya jenis macam pesawat ini berimbas kepada biaya operasional yang lebih mahal karena beragam cara pemeliharaan.
"Setelah kita dalami juga banyak pembelian ini hanya (fokus) beli pesawat. Bukan justru rutenya yang dipetakan, (baru kemudian) pesawatnya apa (yang cocok). Jadi pesawatnya dulu baru rutenya," kata Erick.
Temuan itu, lanjutnya, membuat adanya kecurigaan penerimaan komisi kepada pihak terkait dengan banyaknya jenis pesawat, banyaknya lessor yang terlibat, hingga harga sewa pesawat yang lebih tinggi daripada maskapai lain.
"(Kecurigaan ada komisi?) Betul. Seperti itu. Makanya ketika audit investigasi yang terbaru ATR 72-600 ini juga indikasinya sama seperti yang sebelumnya. Nah inilah yang kemarin kita sudah koordinasi dengan kejaksaan Agung, hari ini kita resmi memberikan audit investigasi," pungkasnya.