174 dari 840 Kasus Omicron di Indonesia Merupakan Transmisi Lokal
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmidzi menjelaskan perkembangan Omicron di Indonesia telah mencapai 840 kasus.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmidzi menyebut kasus virus Corona varian Omicron di Indonesia telah mencapai 840 kasus.
Angka ini terhitung sejak terdeteksi pada 15 Desember 2021 hingga 17 Januari 2022.
Nadia juga mengungkapkan 174 dari 840 kasus Omicron yang merupakan transmisi lokal.
"Transmisi lokal sudah kita identifikasi ada 174 kasus," jelas Nadia dalam diskusi virtual, Selasa (18/1/2022).
Nadia mengatakan seiring bertambahnya pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), terdapat penambahan kasus Omicron sebanyak 609.
Baca juga: Kian Bertambah, Kasus Omicron di Indonesia Tembus 840 Orang dalam Sebulan
Akan tetapi, terdapat 57 kasus yang akan dilakukan penyelidikan epidemologi apakah merupakan transmisi lokal atau berasal dari Pelaku Pejalanan Luar Negeri (PPLN).
Oleh karena itu, Nadia menjelaskan orang yang sudah divaksin dan tertular Omicron akan memiliki gejala ringan dikarenakan status vaksinasi yang sudah ada.
Nadia menjelaskan berdasarkan negara kedatangan bagi PPLN yang tertinggi adalah Arab Saudi, kedua Turki, kemudian USA, Malaysia, Uni Emirat Arab.
Baca juga: Kasus Covid-19 Omicron di Indonesia Melesat dalam Sebulan, Pemerintah Buka Opsi Pengetatan Mobilitas
Perkiraan Puncak Kenaikan Kasus Omicron
Sementara itu mengutip kemkes.go.id, pemerintah memperkirakan puncak gelombang kenaikan kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret.
Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers secara virtual, Minggu (16/01/2022).
"Di Indonesia kita mengidentifikasi kasus pertama pada pertengahan Desember, tapi kasus mulai naiknya di awal Januari."
"Kita hitung antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi. Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Menurut hasil identifikasi, diperkirakan daerah pertama yang akan mengalami lonjakan kasus adalah wilayah DKI Jakarta dan Bodetabek.
Budi menjelaskan lebih dari 90 persen transmisi lokal terjadi di DKI Jakarta.
Oleh karena itu, Menkes mendorong agar daerah meningkatkan kegiatan surveilans sehingga penemuan kasus bisa dilakukan sedini mungkin.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)