Banjir Kritikan, Arteria Dahlan Akhirnya Minta Maaf pada Masyarakat Sunda: Saya Siap Terima Sanksi
Arteria Dahlan akhirnya minta maaf atas pernyataannya usai dikritik banyak pihak, mengaku siap terima sanksi dari PDIP.
Penulis: Shella Latifa A
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDIP, Arteria Dahlan menjadi perhatian publik terkait pernyataannya yang menuai kontroversi.
Pernyataan Arteria itu perihal permintaan dia kepada Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk memecat seorang kepala kejaksaan tinggi (Kajati) yang memakai Bahasa Sunda saat rapat bersama DPR.
Bahkan, akibat pernyataannya, Arteria banjir kritikan dari banyak pihak, terutama masyarakat Sunda.
Kini, Arteria akhirnya meminta maaf kepada masyarakat Sunda atas pernyataannya itu.
Baca juga: Ridwan Kamil Unggah Video Arteria Dahlan Ngomong Sunda, Singgung Cara Komunikasi Jokowi & Bung Karno
Permintaan maaf tersebut ia sampaikan di kantor DPP PDIP, Menteng, hari ini Kamis (20/1/2022).
“Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Sunda atas pernyataan saya beberapa waktu lalu,” ujar Arteria, dilansir Tribunnews.com.
Merasa bersalah atas ucapannya, politisi PDIP itu mengaku siap menerima sansi bentuk apapun dari partai naungannya.
Ia juga mengapresiasi sejumlah kritik dan masukan yang ditujukan kepadanya.
"Saya menyerahkan sepenuhnya kepada DPP Partai. Sebagai Kader Partai saya siap menerima sanksi yang diberikan Partai."
"Saya belajar dari persoalan ini, dan terima kasih atas seluruh kritik yang diberikan ke saya, pastinya akan menjadi masukan bagi saya untuk berbuat lebih baik lagi,” ucap Arteria dengan nada penyesalan.
Baca juga: Arteria Dahlan: Saya Memohon Maaf kepada Masyarakat Jawa Barat
Tak hanya itu, Arteria berjanji akan lebih baik dalam berkomunikasi.
Dia juga memastikan akan lebih fokus pada tugasnya sebagai anggota Komisi III DPR RI.
"Saya sendiri akan lebih fokus di dalam memerjuangkan keadilan bagi masyarakat, khususnya di dalam memerangi mafia narkoba, mafia tanah, mafia tambang, mafia pupuk, mafia pelabuhan/bandara/laut, mafia pangan dan BBM, dan berbagai upaya penegakkan hukum lainnya. "
"Saya akan lebih bekerja secara silent tetapi mencapai sasaran penegakan hukum. "