KIP Kuliah Jokowi Dianggap Wujudkan Mimpi Anak Negeri Bisa Mengenyam Pendidikan Tinggi
Melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, seluruh masyarakat Indonesia berkesempatan untuk bersekolah hingga ke tingkat universitas dengan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap mampu mewujudkan mimpi-mimpi anak negeri untuk bisa mengenyam pendidikan yang tinggi.
Melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, seluruh masyarakat Indonesia berkesempatan untuk bersekolah hingga ke tingkat universitas dengan gratis.
Perhatian Jokowi terhadap pendidikan warganya banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Salah satunya oleh Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia.
Andrie mengatakan KIP Kuliah ini adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya para generasi muda.
Melalui pendidikan yang tinggi, Andrie optimis SDM masyarakat Indonesia pasti akan lebih berkualitas.
“Kartu sakti ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat, terkhusus kaum milenial untuk meningkatkan SDM nya dengan menjadi SDM yang unggul secara pendidikan,” ujar Andrie belum lama ini.
Baca juga: Mahasiswi Ini Berhasil Lolos Seleksi KIP Kuliah, Tercatat Sebagai Nominator Prestasi Kategori Baik
Andrie melihat, persoalan biaya sering menjadi kendala untuk anak-anak Indonesia bisa mendapat pendidikan yang layak.
Menurutnya masih banyak masyarakat yang hidupnya serba pas-pasan, sehingga hadirnya KIP Kuliah ini sangat membantu mereka.
“Tidak semua masyarakat Indonesia mampu masuk ke perguruan tinggi. KIP Kuliah ini tujuannya agar penduduk yang kurang mampu mendapat akses pendidikan (kuliah). KIP ini juga menjamin kesempatan kuliah anak-anak dari 3T (Terluar, Terpencil dan Tertinggal),” kata Andrie.
Lebih lanjut Andrie mengatakan jika anak-anak Indonesia harus sigap mengambil kesempatan untuk bisa berkuliah karena sudah disediakan akses gratis dari Jokowi.
Menurutnya, dengan hadirnya KIP Kuliah ini, persoalan biaya tentu tak lagi jadi masalah.
“Tidak ada lagi alasan bahwa saya tidak mampu meningkatkan pendidikan (kuliah),” kata Andrie.