Covid-19 Terus Bermutasi, Begini Cara Kerja Tes PCR untuk Tetap Bisa Mendeteksi Virus
Apakah dengan munculnya varian serta subvarian Covid-19 itu, alat tes PCR masih akurat untuk mendeteksi?
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Covid-19 terus bermutasi dan memunculkan varian-varian baru.
Varian Covid-19 yang tengah menjadi perhatian saat ini adalah Omicron, dan kini varian tersebut juga bermutasi menjadi sub varian yang dikenal BA.2.
Lantas, apakah dengan munculnya varian serta subvarian Covid-19 itu, alat tes PCR masih akurat untuk mendeteksi?
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito, menegaskan alat tes PCR yang digunakan saat ini masih efektif untuk mendeteksi orang positif Covid-19.
Hal ini juga sebagaimana yang telah disampaikan oleh World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC), bahwa salah satu alat uji diagnostik seperti PCR masih mampu mendeteksi virus Covid-19 apapun variannya.
"Termasuk di Indonesia, kembali saya tegaskan bahwa sampai saat ini PCR yang beredar masih efektif untuk mendeteksi orang yang positif Covid-19 ."
"Hal ini tentunya tidak terlepas dari cara kerja PCR, yaitu dengan mendeteksi materi genetik virus," terang Wiku dalam Keterangan Pers di Graha BNPB, Rabu (2/2/2022), yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Baca juga: Update Kasus Covid-19 di Indonesia 2 Februari 2022: Tambah 17.895, Total 4.387.286
Baca juga: Menkes Prediksi Puncak Omicron Indonesia di Akhir Februari: Kasusnya Bisa 6 Kali Lipat dari Delta
Wiku pun menjelaskan bagaimana cara kerja metode alat uji PCR dan upaya lanjutan dengan whole genome sequencing (WGS) dalam menentukan varian virus Covid-19.
Metode PCR bekerja dengan mencocokkan gen target PCR dengan kode genetik virus.
Kode genetik virus ini ada yang mudah berubah karena terjadi mutasi dan ada yang cenderung tetap.
"Contoh kode genetik (gen) yang mudah berubah seperti gen S yang menyandi spike atau tangan-tangan virus. Sedangkan gen yang cenderung tetap misalnya gen E dan N," beber Wiku.
PCR sendiri dapat terdiri dari satu atau lebih gen target. Namun, untuk PCR yang hanya memiliki 1 target gen S saja, kini sudah tidak direkomendasikan WHO.
"Mengingat gen S virus sangat mudah berubah, WHO merekomendasikan PCR dengan lebih dari 1 target dengan target gen yang cenderung tetap," kata dia, dilansir laman Covid19.go.id
Contohnya seperti Omicron, membutuhkan upaya lanjutan menggunakan metode WGS dalam menentukan varian.
Dikarenakan Omicron adalah varian dengan perubahan pada gen S yang sangat besar. Sehingga dengan PCR yang beredar saat ini tidak dapat mendeteksi gen S pada varian Omicron.
Jika menggunakan PCR dengan lebih dari 1 target gen pada Omicron, maka hasil yang dimunculkan adalah gen S tidak terdeteksi, sementara gen lain terdeteksi.
Lebih jelasnya, PCR dengan target gen S, N, dan E, hanya gen S yang tidak akan terdeteksi, sementara gen E dan gen N terdeteksi. Hasil seperti ini yang disebut sebagai S gene target failure (SGTF).
Baca juga: Gejala Paling Khas yang Dialami Pasien Omicron: Gatal Tenggorokan hingga Batuk Kering
Baca juga: Ciri-ciri Gejala Varian Omicron, Menkes: Jika Ada Gejala Ringan, Segera Minum Obat
Sementara itu, saat ini sudah muncul salah satu jenis varian Omicron, yang disebut sebagai BA.2. subvarian dari Omicron.
Selain BA.2 terdapat 3 jenis varian Omicron lainnya yaitu B.1.1.529, BA.1, dan BA.3.
Yang berbeda adalah, perubahan yang terjadi pada gen S Omicron lainnya, tidak terjadi pada BA.2.
Sehingga, gen S pada BA.2 masih terdeteksi oleh PCR dan tidak memunculkan hasil SGTF. Dengan kata lain, hasil PCR Omicron BA.2 sama dengan varian lainnya meskipun BA.2 merupakan varian Omicron.
Terlepas dari banyaknya varian yang muncul, Wiku mengingatkan, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah mengidentifikasi orang positif Covid-19 agar rantai penularan dapat diminimalisir.
Mengidentifikasi dan memisahkan orang yang terinfeksi Covid-19, menjadi langkah penting untuk mencegah meluasnya penularan yang berpotensi menimbulkan lonjakan kasus.
"Dengan memutus rantai penularan, potensi lonjakan kasus dapat dicegah. Dalam hal ini, PCR masih efektif untuk mengidentifikasi orang yang positif Covid-19 apapun variannya," pungkas Wiku.
Omicron di Indonesia
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus Omicron di Indonesia per hari ini sebanyak 2.980 orang.
Dari jumlah itu, 1.100 pasien telah dinyatakan sembuh.
"Dari total tersebut 1.100 orang telah dinyatakan sembuh," kata Nadia saat dikonfirmasi, Rabu (2/2/2022).
Adapun 2.980 kasus itu, terdiri dari PPLN (pelaku perjalanan luar negeri) 1.602, tranmisi lokal sebanyak 1.093 kasus dan masih diverifikasi bersumber dari mana sebanyak 285 kasus.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menuturkan sudah ada 5 pasien Omicron yang meninggal dunia.
Ia menyebut, mayoritas mereka belum divaksinasi lengkap dan merupakan lansia.
(Tribunnews.com/Tio/Rina Ayu)