Ketum PBNU Ajak Tanam Mental Maritim untuk Bangun Peradaban
Karakter peradaban maritim ini yang akan menjadi modal kekuatan NU dalam menyongsong perjuangan peradaban yang pasti tidak akan mudah
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Eko Sutriyanto
Gus Yahya mengingatkan bahwa sudah dari dulu NU telah menjadi begian penting dalam keputusan-keputusan yang diadakan sejak Muktamar pada tahun 1984 ketika Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Ketua Umum PBNU.
Ketika itu NU telah menyatakan punya komitmen untuk berkhidmah bagi semua manusia, bukan terbatas untuk NU atau bangsa Indonesia. Ini yang kemudian diwujudkan dalam trilogi ukhuwah, baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ataupun ukhuwah insaniyah.
Baca juga: Sejarah Nahdlatul Ulama yang Didirikan KH Hasyim Asyari, Kini Peringati Harlah ke-96
Berikutnya, masyarakat maritim juga memiliki watak akrab dengan alam. Buktinya, untuk bisa melaut dengan sukses, seorang nelayan harus memahami bintang, arah angin, kondisi laut, dan lain sebagainya. Inilah yang diinginkan Gus Yahya agar warga nahdliyin juga mampu memahami alam dalam membangun peradaban.
“Dalam membangun peradaban ini, tidak boleh menelantarkan alam tempat manusia hidup. Bumi harus dirawat dan dijaga. Jagat ini harus dimuliakan,” tegas Gus Yahya.
Kendati demikian, terang Gus Yahya, bukan berarti NU mengabaikan profesi-profesi lain yang ada di Indonesia seperti petani dan pedagang. Sebab, baik petani atau pedangan, semuanya memimiliki watak maritim.
“Petani Indonesia adalah petani maritim, pedagang Indonesia adalah pedagang maritim. Karena semua orang di Indonesia ini menyadari, lingkungan di Nusantara merupakan kepulauan yang dikepung oleh samudera-samudera yang luas,” pungkas Gus Yahya.
Hadir dalam acara tersebut Dirjen Perikanan Budidaya TB Haeru Rahayu dan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat. Turut memberi sambutan secara daring Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebagaimana diketahui, tema besar Harlah ke-96 NU adalah Menyongsong 100 Tahun Nahdlatul Ulama: Merawat Jagat, Membangun Peradaban. Acara tersebut diadakan di empat provinsi yang berbeda, yaitu di Balikpapan atau Samarinda di Kalimantan Timur, Labuan Bajo di Nusa Tengagra Timur, Palembang di Sumatera Selatan, dan Surabaya atau Bangkalan di Jawa Timur.