Jika Terwujud, Rafale dan F-15 Bakal Jadi Kekuatan Mematikan Indonesia Hadapi Ancaman dari Utara
Meski tidak secara eksplisit menyebutkan China, tapi Pemerintah AS secara berkelanjutan telah berusaha meminta Indonesia meningkatkan kekuatannya.
Editor: Malvyandie Haryadi
80 Joint Helmet Mounted Cueing Systems JHMCS (72 terpasang, 8 suku cadang);
92 perangkat keamanan Sistem Pemosisian Global (GPS)/Sistem Navigasi Inersia (EGI);
40 pod navigasi AN/AAQ-13 LANTIRN (36 terpasang, 4 suku cadang);
40 AN/AAQ-33 Sniper Advanced Targeting Pod (ATP) (36 terpasang, 4 suku cadang);
156 peluncur LAU-128 (144 terpasang, 12 suku cadang); dan
40 sistem senjata M61A “Vulcan” (36 terpasang, 4 suku cadang)
Bakal duet dengan Rafale?
Menariknya, pengumuman "lampu hijau" AS untuk pembelian F-15 ini dilakukan bersamaan dengan penandatanganan kontrak jet tempur Rafale antara Perancis dengan Indonesia.
Seperti diberitakan, Indonesia resmi mengakuisisi enam jet tempur Rafale produksi Dassault Aviation asal Perancis.
Akuisisi itu terjadi setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan tandatangan pembelian enam jet tempur itu dengan Menteri Perancis Florence Parly di Jakarta, Kamis (10/2).
"Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk 6 pesawat," kata Prabowo dalam rekaman suara yang awak media terima, Kamis (10/2/2022) siang.
Secara keseluruhan, Indonesia berencana memboyong 42 jet tempur Rafale.
Menurut Prabowo, 36 unit Rafale sisanya akan segera menyusul dalam waktu dekat.
Selain jet tempur, Indonesia juga akan membeli dua kapal selam kelas Scorpene dari Prancis.