Buka Tahun Baru Bersama Ke-17, PWKI Dukung Green Economy
PWKI dukung green economy, upaya perlindungan lingkungan hidup, perwujudan kemakmuran, kesejahteraan rakyat merupakan amanat semua bangsa dan negara.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) mendukung program pemerintah terkait green economy.
Hal itu diwujudkan dengan menghadirkan narasumber dari PT PLN dan Mind-ID sebagai narasumber dalam Indonesia Outlook 2022 yang hadir dalam Buka Tahun Baru Bersama PWKI Ke-17 secara online, Selasa (22/02/2022).
Nara sumber yang dihadirkan adalah Evy Haryadi, Direktur Perencanaan Korporat PT PLN, dan Dany Amrul Ichdan, Direktur Hubungan Kelembagaan Mind-ID.
Kesimpulan dari Outlook Indonesia 2022 ini adalah upaya perlindungan lingkungan hidup dan perwujudan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat merupakan amanat bagi semua bangsa dan negara tanpa terkecuali.
Baca juga: Buka Tahun Baru Bersama PWKI, Ini Pesan Firli Bahuri Untuk Wartawan
Dalam paparannya, Evy Haryadi mengemukakan PLN sebagai agen pemerintah di COP26 sudah mendeklarasikan kembali komitmen “net zero emission 2060”.
Bahkan PLN telah menandatangani proyek dengan ADB berupa early retirement melalui energy transition mechanism.
Proyek tersebut adalah mekanisme “pension” lebih awal untuk pembangkit listrik berbahan bakar batu bara atau PLTU dan mulai menggantikannya dengan pembangkit-pembangkit EBT (Energi Baru dan Terbarukan).
“Ini adalah komitmen green energy dari Presiden Indonesia, dan PLN sebagai salah satu agen pemerintah yang mendukung rencana pemerintah,” jelas Haryadi yang hadir secara virtual dalam acara tersebut yang dipandu dari studio mini R. Syailendra, Gedung Asta Gatra, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).
Menurut Haryadi, pada sektor ketenagalistrikan terdapat emisi CO2 sebesar 240jt ton CO2 eq tahun 2020 yang diperkirakan tanpa mitigasi akan mencapai 920jt ton CO2 eq di 2060.
Sedangkan pada sektor transportasi terdapat emisi CO2 sebesar 280jt ton CO2 eq di 2020 dan diperkirakan tanpa mitigasi akan mencapai 860jt ton CO2 eq di 2060.
“PLN sudah berkomitmen agar mencapai net zero emission di 2060 dan ini akan membutuhkan semangat serta resources yang cukup besar,” ujarnya.
Lebih jauh Haryadi menjelaskan bahwa PLN sudah membuat rencana umum ketenagalistrikkan yang akan berusaha memenuhi bauran energi sebesar 25% pada tahun 2025, memenuhi NDC target nasional penurunan emisi 29% di tahun 2030, dan net zero emission di tahun 2060.
Namun, pembangunan EBT ini mengalami kondisi trilema, yaitu kondisi dimana terdapat hal yang harus di trade-off yang terkait dengan environment sustainability, energy security, dan affordability.
Environment sustainability, jelas dia, sangat erat dengan green dan dekarbonisasi namun membawa biaya yang cukup besar karena sampai saat ini pengganti pembangkit konvensional batubara masih cukup mahal sehingga mempengaruhi sisi affordability yaitu kemampuan pemerintah untuk membiayai dan masyarakat mampu membeli dengan tarif yang wajar.
“Ini adalah tantangan yang di dalamnya terdapat opportunity. Sebagai contoh sektor transportasi, upaya terbesar penurunan emisi pada sektor ini adalah menggunakan electric vehicle, yang akan turut menurunkan impor migas Indonesia yang selama ini menyebabkan defisit pada neraca anggaran berjalan.