Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Sebut Radikalisme Juga Berlandaskan Kondisi Ekonomi dan Politik

Makna dasar itu menjadi berbeda, dikatakan Bahrawi, karena pemahaman manusia sebagai pemeluk dari tafsir-tafsir agama.

Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pengamat Sebut Radikalisme Juga Berlandaskan Kondisi Ekonomi dan Politik
Shutterstock/Kompas
Ilustrasi radikalisme. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengatakan setiap agama pada dasarnya selalu menghargai perbedaan dan melawan segala bentuk kebencian dengan berlabel agama.

Makna dasar itu menjadi berbeda, dikatakan Bahrawi, karena pemahaman manusia sebagai pemeluk dari tafsir-tafsir agama.

"Kejahatan atas nama agama akan selalu terlihat terhormat. Keluarga jadi benteng pertama untuk mencegah penyebarannya," kata dia dalam bedah buku yang dia tulis yang berjudul "Intoleransi dan Radikalisme Kuda Troya Politik dan Agama" di Waroeng Sadjoe Tebet, Jakarta Selatan," Kamis (24/2/2022).

Bahrawi menyebut kegagalan pada pemahaman makna dasar agama, ketika muncul kesimpulan bahwa segala tindak radikalisme selalu berlandaskan pada agama tanpa melihat faktor-faktor lainnya.

Baca juga: Pemerintah Temukan 27 ASN yang Terbukti Lakukan Tindakan Radikalisme

"Radikalisme tidak hanya berlandaskan agama, tapi ada juga yang berlandaskan pada ekonomi dan politik," kata Islah.

Memang harus diakui, kata dia, isu agama selalu menarik diperdebatkan. Bahkan, kejahatan yang dilabel dengan agama belakangan seperti satu hal terhormat bagi kelompok tertentu.

Berita Rekomendasi

"Itu karena semua kejahatan yang menggunakan agama sebenarnya hanya ingin menormalisasi kejahatan itu sendiri," terangnya.

Sehingga, kata Islah, melalui buku yang dia tulis itu, ada harapan bahwa publik bisa kembali pada konsep awal agama yang membawa pesan kemanusiaan dan kedamaian.

"Apa pun agama dan tafsir yang diyakininya, jika dua prinsip ini dijalankan secara utuh maka agama tidak akan melenceng di kalangan penganutnya," pungkasnya.

Sementara itu, Presidium Pimnas PII Andy Soebjakto mengingatkan soal ancaman adanya algoritma sosial yang memicu benturan sosial dengan berbaju agama terus meningkat.

"Media sosial tidak bisa dikontrol; Tantangan kita tidak cuma struktural, tapi juga ideologi transnasional juga terus masuk sehingga kita perlu waspada," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas