Rangkaian Hari Raya Nyepi dan Maknanya, Upacara Melasti, Tawur hingga Ngembak Geni
Rangkaian Hari Raya Nyepi dan maknanya, upacara Melasti, Tawur hingga Ngembak Geni. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap) di pergantian tahun.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Perayaan Hari Raya Nyepi dilakukan pada pergantian kalender Saka, yang jatuh pada penanggal Apisan Sasih Kedasa (Eka Sukla Paksa Waisaka).
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap).
Perayaan Nyepi atau Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian, dan hari kerukunan nasional.
Umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka dengan cara Nyepi selama 24 jam, dikutip dari Indonesia Baik.
Sehingga, tidak ada aktivitas seperti biasa.
Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/mikrokosmos) dan Bhuana Agung (makrokosmos/alam semesta).
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Berikut ini rangkaian Perayaan Hari Nyepi, dikutip dari laman Desa Kekeran Buleleng:
Baca juga: Sejarah dan Tujuan Nyepi, Lengkap dengan Penjelasan Singkat tentang Rangkaian Acara Nyepi
Rangkaian Perayaan Nyepi
Upacara Melasti
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis.
Pada hari tersebut, semua sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau.
Inti dari acara ini adalah menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).
Upacara Melasti dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan, dan segara.
Umat Hindu percaya, laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Kemudian, sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat.
Buta Yadnya dilakukan mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.
Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).
Tawur
Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi utang.
Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.
Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya.
Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak.
Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala, dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Baca juga: TWIBBON Hari Raya Nyepi Tahun 2022, Lengkap dengan Cara Membagikannya
Pengerupukan
Kemudian, Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.
Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.
Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar.
Tujuannya sama, yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Puncak Acara Nyepi
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya.
Pada hari Nyepi, suasana sekitar seperti mati, karena tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa.
Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" atau Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Selain itu, bagi yang mampu, juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Demikianlah pelaksanaan Nyepi, sehingga umat Hindu dapat memulai suatu halaman baru yang putih bersih.
Setiap orang yang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan Paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Baca juga: Perayaan Nyepi, Pelabuhan Penyeberangan Akan Ditutup Sementara, ATM dan Data Seluler Dinonaktifkan
Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni, yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X).
Pada hari Ngembak Geni, perayaan Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari kedua.
Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih.
Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi, yang memandang semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Sehingga, seluruh manusia hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan.
Tujuan dari perayaan ini adalah mencapai hidup di dalam kerukunan dan damai.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Hari Raya Nyepi