Minimalkan Dampak Lingkungan, Industri Farmasi Usung Konsep Green Pharmacy di T20
Indonesia harus berperan aktif dalam membangun arsitektur kesehatan global dengan melakukan sejumlah upaya yang mendorong ketahanan dan kemandirian.
Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Adi Suhendi
Lebih lanjut Dr Raymond mengungkapkan bahwa pengobatan konvensional sangat berguna dalam hal terapi manusia.
Banyak penyakit yang bisa diatasi dengan pengobatan konvensional, misalnya gangguan metabolisme, onkologi, hingga gangguan mental.
Baca juga: Agenda G20 Dorong Pembiayaan Usaha Petani Sawit Melalui Digitalisasi
“Tapi kita cenderung lupa bahwa obat konvensional ini, sebagian besar molekulnya juga memiliki risiko ekologi. Karena sifat obat konvensional, dari pembuatan hingga manajemen risikonya, berdampak pada lingkungan,” katanya.
Sebuah pelajaran yang sangat penting dari dampak limbah industri farmasi yang kurang memperhatikan faktor ekologi.
Seperti kasus di Hyderabad, India, di mana 50 persen dari 170 perusahaan farmasi beroperasi di sana.
Limbah dari obat generik yang banyak diproduksi untuk ekspor, mencemari lingkungan termasuk air minum.
Jika air itu dikonsumsi manusia, senyawa kimia dari obat itu masuk ke dalam tubuh dan akan meningkatkan resistensi antibiotik bahkan risiko kematian.
“Kejadian serupa juga terjadi di Teluk Jakarta. Baru-baru ini kami menemukan konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa tidak hanya parasetamol yang mencemari tanah Indonesia, tetapi juga Oxytetracycline, dan sebagainya. Hal ini juga akan meningkatkan angka kematian. Kita perlu menaruh perhatian pada ini, pada seluruh sistem ekologi,” papar Dr Raymond.
Chief of T20 of Global Health Sector of G20 Prof Hasbullah Thabrany mengatakan pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu mendukung pengembangan industri kesehatan nasional.
Pendanaan di negara-negara berkembang untuk sektor kesehatan lebih rendah dibanding negara maju.
Dalam dua dekade terakhir, semakin banyak negara berkembang yang mengejar ketinggalannya dengan meningkatkan pembelanjaan mereka untuk kesehatan, seperti Korea Selatan, Indonesia, dan Arab Saudi.
“Mungkin Green Pharmacy juga jadi salah satu upaya untuk itu. Mengembangkan obat baru dari tanaman akan membantu mengurangi perubahan iklim dan menciptakan dunia hijau." katanya.
"Banyak fitofarmaka dikembangkan di negara tropis. India memiliki banyak pengalaman menggunakan obat herbal, untuk memberi manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia,” ujar Prof Hasbullah.