Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gandeng Indolife, PPAD Laksana Tank Leopard

Dalam waktu tiga bulan, semua medan berat diterobos. Maju terus pantang mundur, dengan misi tunggal “prosperity policy”

Editor: Erik S
zoom-in Gandeng Indolife, PPAD Laksana Tank Leopard
Ist
Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo 

Sayang, bangsa kita terbiasa dengan menjual barang mentah, belum berpikir nilai tambah. Itu terjadi pada bahan baku parfum yang sangat mahal, yakni minyak atsiri. Demikian pula kakau, kopi, dan lain-lain. “Ini pentingnya kita meeting dengan Indolife, yang barangkali bisa memberikan solusi,” ujar Doni.

Ke depan, perlu dilakukan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk dengan akademisi. Kita perlu memiliki banyak riset dan penelitian untuk memberi nilai tambah pada potensi-potensi SDA Indonesia.

“Ada obsesi saya dan teman-teman. Setelah purnatugas, melihat ada ruang kosong. Sumber daya alam yang begitu besar di satu sisi, serta sumber daya manusia dalam hal ini purnawirawan yang potensial, di sisi yang lain. Nilai-nilai dasar militer yang disiplin, semangat pantang menyerah, serta pengetahuan dan jaringan, tentu masih sangat berguna untuk turut menggerakkan perekonomian bangsa dan negara,” kata Doni.

Doni tidak menafikan kesepakatan WTO mengenai perdagangan bebas. Tapi toh ia merasa sulit jika harus menerima kenyataan bangsa kita menjadi pasar empuk franchise-franchise kelas dunia yang malang-melintang di Tanah Air, sementara masih sangat sedikit usawahan Indonesia yang malang melintang di belahan dunia lain.

Doni Monardo juga menyinggung soal perkayuan. Menyitir statemen Presiden Joko Widodo, bahwa sudah seharusnya industri kayu Indonesia dikembangkan.

Sebab, potensinya sangat besar. Jangan sampai kita terlena seperti era kejayaan minyak tahun 70-an – 80-an. Ketika itu, produksi minyak kita hampir 2 juta barrel per hari. Tapi saat ini, rata-rata hanya 600 ribu barrel per hari. Dulu ekspor, sekarang impor.

Minyak adalah energi fosil. Cepat atau lambat akan habis. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan yang bisa everlasting, jika dikelola dengan baik. Memang, industri kayu sempat disentuh di era Presiden Soeharto tahun 70-an, hingga mendapatkan dana tak kurang dari Rp 40 triliun, dan didedikasikan untuk membangun IPTN (Industri Pesata Terbang Nurtanio) pada tahun 1976. 

Berita Rekomendasi

“Di sini hadir pak Wisnu dari Rumah Kayu, juga dari Sampoerna Kayoe. Mari kita sama-sama kembalikan kejayaan kayu Indonesia,” ajak Doni Monardo seraya menambahkan, “dulu kita punya Ligna, sekarang digusur IKEA.”

Doni menyodorkan ide produksi rumah kayu knock down untuk daerah-daerah yang berada di daerah ring of fire, area cincin api yang rawan gempa. Daerah-daerah itu, di negara mana pun, memerlukan rumah yang tahan gempa. “Selain itu juga bisa memproduksi rumah kayu kualiats premium untuk sarana akomodasi di tempat pariwisata alam,” tambahnya.

Potensi perdagangan kayu dunia juga sangat menjanjikan. Industri perdagangan kayu menjadi yang kedua terbesar di dunia, setelah karet. Volume perdagangan karet dunia mencapai 192 miliar dollar AS, sementara kayu, sekitar 100 miliar dollar AS lebih. “Ini potensi yang sangat besar,” tegas Doni.

Di bidang peternakan, PPAD juga sudah bekerjasama dengan PT Berdikari (Persero). Produksi daging di Tanah Air masih sangat rendah. Karenanya, Indonesia masih mengimpor daging. PT Berdikari mengetahui persis usaha daging dikaitkan dengan volume kebutuhan.

Hal lain, PPAD juga sudah mendapatkan komitmen kerjasama pengelolaan lahan Perhutani di Jawa Barat dan Banten. 

Khusus kepada Harianto dari Indolife, Doni juga menyampaikan kehadiran Andy Santoso dari Price Water House Coopers dalam zoom meeting pagi itu. Santoso bersama lembaganya, telah memetakan potensi PPAD. Termasuk potensi dan peluang usaha PPAD. 

Doni teringat peristiwa tahun 1991, sepulang dari penugasan operasi seroja Timor Timur (sekarang Timor Leste). Ketika itu, ia mendengarkan ceramah dari Presiden Korea Selatan, Roh Tae-woo. Salah satu yang disampaikan dalam ceramahnya adalah, bahwa pahlawan saat ini dan ke depan adalah yang bisa menciptakan lapangan kerja. “Pangkat saya waktu masih letnan satu. Tapi itu membekas sampai sekarang,” ujarnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas