IQAir 2021: Indonesia Urutan Pertama Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara
Posisi ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu yang paling berpolusi di kawasan Asia Tenggara.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Laporan kualitas udara dunia IQAir 2021 menempatkan, Indonesia peringkat ke-17 negara-negara dunia dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3.
Posisi ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu yang paling berpolusi di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, pada tingkatan ibukota, Jakarta berada di peringkat ke-12 dengan rata-rata konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 39,2 μg/m3.
Angka ini turun tipis dari rata-rata tahun sebelumnya, 39,6 μg/m3.
Berdasarkan laporan yang sama, bulan-bulan dengan kadar konsentrasi PM2,5 tertinggi adalah pada Juni dan Juli, masing-masing 54,5 μg/m3 dan 57,2 μg/m3, sedangkan bulan-bulan dengan kadar konsentrasi PM2,5 terendah ialah pada Februari dan November, 24,3 μg/m3 dan 23,8 μg/m3.
Peringkat DKI Jakarta tersebut lebih tinggi dari ibukota China, Beijing, yang berada di urutan ke-16, dan tertinggi di antara ibukota-ibukota se-Asia Tenggara.
Baca juga: Laporan Terbaru IQAir Ungkap Lockdown Covid-19 Tingkatkan Kualitas Udara di Seluruh Dunia
Dari daftar kota-kota lainnya di Asia Tenggara, Surabaya dan Bandung masing-masing menempati urutan ke-11 dan ke-13 kota paling berpolusi.
Adapun Samarinda, Kayu Agung, Banda Aceh, dan Palangkaraya masuk ke dalam daftar kota-kota dengan polusi paling rendah se-Asia Tenggara.
Dari keterangan tertulis yang diterima Selasa (22/3/2022), secara keseluruhan, Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 menemukan, hanya tiga persen kota di seluruh dunia dan tidak ada satu negara pun yang memenuhi Pedoman Kualitas Udara PM2,5 tahunan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Lima Negara Paling Tercemar
Lima negara paling tercemar pada tahun 2021 adalah Bangladesh, Chad, Pakistan, Tajikistan, serta India.
New Delhi (India) adalah ibu kota paling tercemar di dunia selama empat tahun berturut-turut diikuti oleh Dhaka (Bangladesh), N'Djamena (Chad), Dushanbe (Tajikistan), dan Muscat (Oman).
Kualitas udara di China terus meningkat pada tahun 2021. Dalam laporan tersebut, lebih dari separuh kota di China, tingkat polusi udaranya jadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tingkat polusi di Beijing mengalami penurunan dan melanjutkan tren lima tahun peningkatan kualitas udara.
Hal ini didorong oleh pengendalian emisi serta pengurangan kegiatan pembangkit listrik tenaga batu bara dan industri emisi tinggi lainnya.
CEO IQAir Frank Hammes menuturkan, ini adalah fakta yang mengejutkan bahwa tidak ada kota atau negara besar yang menyediakan udara yang aman dan sehat bagi warganya menurut pedoman kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia terbaru.
Laporan ini menggarisbawahi betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang aman, udara bersih dan sehat untuk dihirup. Sekarang saatnya beraksi.
Baca juga: Pemprov DKI Beri Sanksi untuk PT KCN Tekait Polusi Debu Batubara di Marunda Jakarta Utara
“Kami memahami lebih baik dari sebelumnya bagaimana polusi udara merusak kesehatan dan ekonomi kami," ungkapnya.
Kampanye Greenpeace India Avinash Chanchal Manajer menyampaikan, mengatasi krisis polusi udara membutuhkan pengembangan energi terbarukan, sumber daya, serta transportasi umum yang bersih dan mudah diakses. Selain itu, solusi untuk polusi udara juga solusi krisis iklim.
"Menghirup udara bersih harus menjadi hak asasi manusia, bukan hak istimewa,” kata Avinash.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.