Kisah Inspiratif Yu Sing, Arsitek Peduli Lingkungan yang Ingin Membumikan Arsitektur
Tekadnya untuk menjadi arsitek bagi semua kalangan. Dirinya sadar betul stigma bahwa pemakai jasa desain arsitektur itu melulu orang punya duit
TRIBUNNEWS.COM - Bicara soal arsitektur, tampaknya Indonesia tak kehabisan nama-nama inovator yang penting dan berpengaruh. Satu di antaranya adalah Yu Sing (45), arsitek inspiratif dengan segudang prestasi yang juga merupakan founder dari Studio Akanoma.
Lulus dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1999, Yu Sing muda melalui pengalaman buruk dengan krisis moneter. Saat itu, banyak kantor arsitek tutup atau bangkrut.
Namun, ia yang berhasrat untuk menyalurkan karya-karyanya kepada masyarakat mendirikan studio arsitektur kecil bernama Genesis saat lulus kuliah. Hingga akhirnya, pada 2011 lahirlah Akanoma Studio yang kini berlokasi di Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat.
“Tadinya karena krisis moneter parah, banyak yang tutup kan kantor arsitek. Jadi saya dan teman memulai dengan studio kecil bernama Genesis. Pada 2011 pindah ke tempat ini, Akanoma Studio namun sudah dibuat sejak 2008, yang artinya akar dan anomali,” cerita Yu Sing kepada Tribunnews.
Patahkan stigma jasa arsitektur
Jauh sebelum bertumbuh seperti sekarang, pria kelahiran 5 Juli 1976 ini pernah merasa sangat stres sewaktu kuliah. Seperti yang dialami oleh kebanyakan anak muda, dia pernah berpikir, “tujuan hidup saya mau ke mana?”.
“Saya pernah waktu kuliah dalam kondisi stres, berpikir untuk apa saya hidup. Karena jurusan arsitek itu susah sekali, banyak tugas dan harus begadang. Tapi saya harus mencari jawaban itu, dan sekarang sudah menemukannya, bahwa menjadi arsitek itu harus bisa berguna untuk semua kalangan,” ceritanya saat ditanya mengenai bagaimana ia menemukan tujuan hidupnya.
Yang sangat mengesankan adalah tekadnya untuk menjadi arsitek bagi semua kalangan. Dirinya sadar betul stigma bahwa pemakai jasa desain arsitektur itu melulu orang punya duit alias kaya.
Ia bertekad untuk mematahkan stigma tersebut.
“Sebenarnya pengalaman pribadi yah, karena saya tidak berasal dari keluarga kaya. Tapi pada tahun 2005, saya dan keluarga bisa punya rumah dengan didesain arsitek dan sangat menyenangkan walau dana terbatas, kebetulan arsiteknya saya sendiri,” katanya sambil tertawa.
Yu Sing melanjutkan, “Saya ingin kebahagiaan punya rumah dengan desain arsitek saya bagikan ke orang banyak. Lalu saya berpikir melayani kalangan yang susah beli rumah tapi perlu didesain secara khusus. Sejak itu, saya mengajak teman-teman, ‘yuk, bantuin mereka yang dananya terbatas’.”
Studio Akanoma: akar dan anomali
Studio Akanoma milik Yu Sing merupakan singkatan dari Akar dan Anomali, dengan tujuan untuk terus berakar kepada segala faktor, mulai konteks lokal seperti budaya, lingkungan dan orang penggunanya.
“Kadang perlu untuk memperhatikan siapa penghuninya, budaya di sana, lingkungannya seperti apa, itulah yang kita sebut akar. Semakin kita berakar pada konteks lokal, maka nanti arsitekturnya akan punya karakter yang makin kuat, dan berbeda dari tren kebanyakan. Sedangkan Anomali, kita tidak mencoba mengikuti arus besar. Karena tidak semua tren punya kesadaran tinggi pada lingkungan,” jelasnya lagi.
Yu Sing memiliki pandangan mendalam soal hubungan arsitektur dengan manusia. Menurutnya, arsitek memang berbicara soal ruang dan bangunan untuk manusia. Tapi, jangan lupa bahwa manusia hidup bukan hanya butuh bangunan, tapi juga pepohonan, udara bersih, dan faktor alam lainnya.
Baca juga: Memiliki Misi untuk Membawa Dampak dan Perubahan, Berikut Empat Sosok Juri Local UrbanFest
Dengan kata lain, ia yakin arsitektur harus sadar memberi dampak nyata pada lingkungan sekitar.
Seperti yang ia lakukan melalui salah satu proyeknya yang benar-benar memperhatikan lingkungan dan alam, yakni renovasi rumah di Kelapa Gading, wilayah perumahan yang hampir setiap tahun rawan banjir.
“Jadi ketika saya menangani projek suatu rumah di sana pada 2012 lalu, karena terus-terusan kena banjir, jadi harus dibongkar total. Dengan pendekatan lingkungan tadi, kita mengembalikan lahan bangunan menjadi panggung. Yang ketika banjir, air tetap masuk ke bagian bawah, sementara rumah tetap aman di atasnya,” ceritanya.
Dengan berbagai terobosan dan konsistensi yang dimiliki, karya-karya Yu Sing melalui Studio Akanoma mulai menemukan pasarnya saat ini.
Studio Akanoma bahkan sudah memenangkan beberapa penghargaan, seperti BCI Asia Green Leadership Award di tahun 2016 dan Penghargaan Mahakarya kebudayaan bidang Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup rancangan kampung susun dari MURI tahun 2021.
Karena sepak terjang dan pengaruhnya dalam kancah arsitektur nasional, Yu Sing pun dipercaya menjadi salah satu juri kompetisi Local Urbanfest yang digagas HP Indonesia, berkolaborasi dengan Tribun Network.
Program Local UrbanFest mengajak generasi muda, termasuk para pelaku UMKM lokal yang dijuluki local heroes, untuk terus memberikan dampak baik bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Di tengah perkembangan industri yang kian kompetitif, para pelaku usaha dituntut untuk tak sekadar menggali profit, tetapi menghadirkan dampak yang nyata untuk lingkungan sekitarnya.
Melalui Local UrbanFest, kamu berkesempatan menunjukkan keunikan, potensi kearifan lokal, serta dampak positif yang dihadirkan oleh usahamu dalam bentuk photo story dan karya visual dalam bidang fotografi, fashion design, ataupun arsitektur.
Nantinya, karya yang kamu kirimkan akan melalui proses penilaian oleh tim juri. Karya-karya fotografi, fashion design, dan arsitektur terpilih kemudian akan ditampilkan dalam pameran virtual Local Urban Fest Virtual Exhibition, lho!
Selain itu, untuk tiga karya yang terpilih sebagai pemenang akan mendapatkan hadiah senilai puluhan juta rupiah dan HP Printer Smart Tank Series.
Yuk, tunggu apa lagi? Daftarkan karyamu di Urban LocalFest dan tunjukkan #AkuLokalAkuBangga sekarang juga! Untuk informasi dan pendaftaran, klik di sini.
Pendaftaran sudah dibuka tanggal 25 November 2021 dan akan ditutup pada tanggal 31 Mei 2022. Jangan sampai kelewatan ya! Tunjukkan karya terbaikmu untuk bawa perubahan bagi Indonesia.