Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menanti Ahli Forensik Ungkap Fakta Pembunuhan Berencana yang Dilakukan Kolonel Priyanto Hari Ini

Kolonel Inf Priyanto kembali duduk sebagai terdakwa dalam sidang kasus pembunuhan berencana terhadap sejoli di Nagreg hari ini, Kamis (24/3/2022).

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Menanti Ahli Forensik Ungkap Fakta Pembunuhan Berencana yang Dilakukan Kolonel Priyanto Hari Ini
KOMPAS.COM/Achmad Nasrudin Yahya
Terdakwa Kolonel Inf Priyanto dalam persidangan di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Selasa (15/3/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kolonel Inf Priyanto kembali duduk sebagai terdakwa dalam sidang kasus pembunuhan berencana terhadap sejoli di Nagreg hari ini, Kamis (24/3/2022).

Oditurat Militer Tinggi II Jakarta akan menghadirkan lima ahli forensik sebagai saksi pada sidang lanjutan.

Oditur Militer Tinggi II Jakarta Kolonel Sus Wirdel Boy mengatakan lima orang tersebut dihadirkan sebagai saksi di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta untuk membuktikan dakwaan terhadap Priyanto.

Seperti diketahui, Priyanto melakukan pembunuhan berencana terhadap sejoli Handi Saputra (17) dan Salsabila (14) sebagaimana dakwaan Oditur Militer selaku Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam peradilan militer.

"Rencana lima orang saksi. Ahli forensik dan warga yang menemukan mayat korban," kata Wirdel di Cakung, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022).

Ahli forensik dihadirkan merupakan dokter yang menangani proses autopsi memastikan sebab kematian Handi dan Salsabila, sekaligus membuat laporan Visum et Repertum.

Kolonel Wirdel juga menjelaskan dakwaan primer yang diajukan terhadap Priyanto adalah pasal pembunuhan berencana dengan subsidernya yakni pembunuhan.

Baca juga: Perkuat Dakwaan Terhadap Kolonel Priyanto, Oditur Militer akan Hadirkan Dokter yang Autopsi Handi

Berita Rekomendasi

Apabila berbicara mengenai pembunuhan, lanjut dia, maka dugaannya adalah korban dibuang dalam keadaan masih hidup.

Dari fakta yang terungkap di persidangan pada Selasa (15/3/2022), kata dia, empat orang saksi yang menyaksikan kecelakaan tersebut mengatakan bahwa Handi masih hidup.

Para saksi mengatakan hal tersebut karena mengaku melihat Handi masih melakukan gestur kesakitan, bergerak, dan bernapas.

Kesaksian tersebut juga memperkuat hasil visum et repertum yang menyatakan ada pasir di dalam rongga pernapasan Handi.

Kolonel Inf Priyanto yang dihadirkan sebagai terdakwa dalam sidang perkara tabrak lari yang menewaskan sejoli Salsabila dan Handi Saputra di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Selasa (8/3/2022).
Kolonel Inf Priyanto yang dihadirkan sebagai terdakwa dalam sidang perkara tabrak lari yang menewaskan sejoli Salsabila dan Handi Saputra di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Selasa (8/3/2022). (TribunJakarta.com/Bima Putra)

Hal tersebut, kata dia, mengindikasikan bahwa Handi dibuang saat masih hidup.

"Keterangan dokter harus mendukung dakwaan dan semua unsur yang ada di pasal-pasal yang kami dakwakan," kata Wirdel.

Wirdel mengatakan pihaknya juga akan menghadirkan saksi yang menemukan jenazah Handi dan Salsabila di Banyumas dan Cilacap.

"Sidang minggu depan yang akan kami saksikan adalah saksi yang akan menemukan mayat yang di Banyumas sama Cilacap. Jadi ada beberapa orang saksi yang menemukan di sana," kata dia.

Diberitakan sebelumnya Kolonel Inf Priyanto didakwa atas dakwaan berlapis pada persidangan Selasa (8/3/2022).

Baca juga: Siapakah Lala? Sosok Perempuan yang Muncul dalam Sidang Kolonel Priyanto, Sempat Menginap Bersama

Dakwaan primer yang didakwakan yakni pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana jo Pasal 55 ayat 1 KUHP tentang Penyertaan Pidana, subsider Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Sedangkan dakwaan subsider pertama yang didakwakan yakni Pasal 328 KUHP tentang Penculikan juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP, subsider kedua Pasal 333 KUHP Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Untuk dakwaan subsidair ketiga yang didakwakan yakni Pasal 181 KUHP tentang Mengubur, Menyembunyikan, Membawa Lari, atau Menghilangkan Mayat dengan Maksud Menyembunyikan Kematian jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Kronologi

Kejadian bermula pada 8 Desember 2021 saat Priyanto bersama dengan Koptu Ahmad Soleh dan Kopda Andreas Dwi Atmoko menaiki mobil melintas di Jalan Raya Nagreg menuju Yogyakarta.

Dalam perjalanan tersebut, mobil Isuzu Panther yang dikemudian Kopda Andreas Dwi Atmoko menabrak sepeda motor Satria FU yang dikemudian Handi dengan penumpang Salsabila.

Baca juga: Terungkap Perbuatan Keji Kolonel Priyanto, Buang Handi Saputra ke Sungai Meski Merintih Kesakitan

"Sekira pukul 15.30 WIB tiba di Jalan Raya Nagreg. Kendaraan yang dikemudian saksi dua bertabrakan dengan sepeda motor Satria FU," kata Wirdel di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Selasa (8/3/2022).

Kencangnya benturan mengakibatkan kedua korban terpental dalam keadaan Handi tergeletak dekat ban depan, sementara Salsabila masuk ke dalam kolong mobil Isuzu Panther.

Sejumlah warga di sekitar lokasi yang diperiksa jadi saksi oleh penyidik Puspom TNI sempat berupaya menolong korban sembari menunggu jajaran Unit Laka Satlantas setempat tiba.

Namun setelah beberapa saat ditunggu petugas kepolisian setempat tidak kunjung datang, sehingga Priyanto 'berinisiatif' membawa kedua korban dengan memasukkan ke dalam mobil.

Saat Handi hendak dimasukkan ke dalam bagasi tersebut empat warga yang jadi saksi mendapati Handi dalam keadaan hidup, bahkan sempat merintih menahan sakit akibat luka tertabrak.

"Saksi empat, lima, enam, dan tujuh melihat saudara Handi Saputra dalam keadaan hidup dan masih bernafas serta bergerak seperti merintih menahan sakit," ujar Wirdel membacakan dakwaan.

Baca juga: Air Mata Kopda Andreas Tak Terbendung, Berkali-kali Memohon ke Kolonel Priyanto Agar Tak Buang Jasad

Sementara Salsabila yang dimasukkan ke bagian kursi penumpang sudah meninggal dunia, karena saat dicek oleh saksi remaja perempuan tersebut sudah tidak menghembuskan nafas.

Merujuk keterangan saksi, Wirdel menuturkan saksi mendapati Salsabila mengalami luka berat di bagian kepala sehingga mengalami pendarahan dan bagian kaki kanan patah.

"Saksi berkata jangan dulu dibawa sebelum ada petugas atau keluarga datang. Namun terdakwa memerintahkan saksi dua dan tiga untuk segera masuk ke dalam mobil," tuturnya.

Singkat cerita, Kopda Andreas dipaksa Priyanto untuk memacu kendaraan pergi dari lokasi kejadian hingga akhirnya tiba di aliran Sungai Serayu, Jawa Tengah lokasi kedua korban dibuang.

Akibat dibuang ke aliran Sungai Serayu tersebut Handi meninggal dunia, ini yang membuat Priyanto sejak penyidikan sudah disangkakan pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.

Wirdel menuturkan kondisi Handi yang masih hidup saat dibuang ke Sungai Serayu juga diperkuat bukti medis berupa hasil autopsi tim dokter forensik pada laporan Visum et Repertum.

"Pemeriksaan terhadap jenazah Handi Saputra ditemukan fakta-fakta sebagai berikut. Pada bagian tenggorokan ditemukan pasir halus menempel di dinding rongga tenggorokan," lanjut Wirdel.

Selama jalannya sidang ini Priyanto yang dihadirkan di ruang sidang utama Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta dengan mengenakan pakaian dinas TNI tampak mendengarkan pembacaan dakwaan.

Priyanto yang kini ditahan di Rutan Pomdam Jaya dihadirkan ke ruang sidang Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta dengan pengawalan ketat sejumlah personel Polisi Militer.

Artikel ini sudah pernah tayang di TribunJakarta dengan judul Pengadilan Militer: Handi Saputra Merintih Kesakitan Tapi Dibuang Kolonel Priyanto ke Sungai Serayu dan Kasus Sejoli Nagreg, Hari Ini Oditur Militer Hadirkan Ahli Forensik di Sidang Kolonel Priyanto

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas