Masuk Daftar Orang Terkaya, Dato Tahir Lahir di Keluarga Miskin, Hidup dari Setoran Tukang Becak
Dato Sri Tahir ternyata lahir dari keluarga miskin sebelum akhirnya sukses menjadi konglomerat.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Dato Sri Tahir tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia.
Pemilik Mayapada Group ini tak meraih kesuksesan tanpa perjuangan yang keras.
Ia ternyata lahir dari keluarga miskin sebelum akhirnya sukses menjadi konglomerat.
Dalam wawancara bersama sang anak, Grace Tahir, pria 70 tahun itu sempat berbincang mengenai kehidupannya.
Baca juga: SOSOK Grace Tahir yang Sentil Indra Kenz, Ternyata Founder Dokter.id Sekaligus Anak Pemilik Mayapada
Baca juga: Rp 55 Miliar Aset Indra Kenz Disita Polisi, di Antaranya Ferrari, Tesla dan Uang Tunai Rp 1,1 Miliar
Hal itu diketahui dalam video yang diunggah di kanal YouTube Grace Tahir, Kamis (24/3/2022).
Tahir mengatakan bahwa dirinya anak dari penyewa becak yang menggantungkan hidupnya dari uang setoran para tukang becak.
Meski sudah bergelimang harta, Tahir mengaku masih merasa tak percaya diri karena latar belakang keluarganya yang berasal dari keluarga kurang mampu.
"Ini pasti berkaitan dengan waktu kecil proses, karena kita dari poor family (keluarga miskin)," kata Tahir.
"Orang tua saya kan nyewain becak dan kita hidup dari setoran orang-orang tukang becak kepada keluarga kita."
"Pasti itu membuat kita ada inferiority complex yang sangat dalam. Lalu kita bertumbuh, kita melihat bagaimana orang luar menginjak orang tua saya."
"Menekan ataupun menghina termasuk family sendiri. Itu memperberat kita punya inferiority complex," paparnya.
Baca juga: Bareskrim Blokir Satu Transaksi Mencurigakan di Kepulauan Karibia, Diduga Terkait Kasus Indra Kenz
Baca juga: Akhirnya Minta Maaf, Indra Kenz: Orang Tua Saya Tidak Pernah Mengajarkan Saya Menipu
Keadaan hidup yang sulit pada masa lalu membuat Tahir selalu menghargai orang susah yang berjuang dan berusaha.
Bahkan ia tidak terima saat melihat ada orang miskin yang selalu diinjak-injak oleh orang kaya.
"Akibatnya saya tidak bisa terima ada kejadian-kejadian orang susah ditekan sama orang kaya," ujar Tahir.
"Ini saya nggak bisa terima, saya selalu merasa habitat saya itu orang lemah," sambungnya.
Tahir menambahkan, meski namanya tercatat sebagai orang kaya, ia selalu merasa bahwa dirinya lebih nyaman jika bersama orang-orang miskin.
"Meskipun ada majalah mengatakan saya salah satu orang terkaya, tapi saya punya habitat adalah orang-orang miskin," terang Tahir.
"Kalau saya kembali ke rombongan orang-orang miskin saya merasa comfortable, peace of mind, actually they are my habitat, ini penting," lanjutnya.
Karena itulah, kata Tahir, untuk mengatasi rasa tak percaya diri tersebut ia banyak membantu orang-orang yang membutuhkan.
"Jadi inferiority complex itu pelan-pelan hilang dengan masa kita lebih tua, lebih banyak membantu orang lain," pungkasnya.
Baca juga: Kondisi Doni Salmanan Usai Penangguhan Penahanan Ditolak, Kuasa Hukum: Alhamdulillah Sehat
Baca juga: Kasus Judi Online Berkedok Quotex Tersangka Doni Salmanan, Polisi Sudah Periksa 54 Saksi
Berita lain terkait Dato Sri Tahir
(Tribunnews.com/Indah Aprilin)