Dipecat IDI, Terawan Disebut Langgar Kode Etik Berat soal Terapi Cuci Otak dan Promosi Vaksin
Anggota PB IDI 2012-2015, Pandu Riono, mengungkapkan alasan dipecatnya mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Dokter Terawan Agus Putranto.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Pravitri Retno W
Selain pelanggaran etik berat soal terapi cuci otak, Terawan diketahui telah melakukan promosi Vaksin Nusantara secara luas.
Padahal Vaksin Nusantara yang digunakan untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini masih belum selesai proses penelitiannya.
Baca juga: DPR Sesalkan Pemecatan Terawan: Seharusnya Diapresiasi Bukan Malah Dipecat
Pemecatan dr Terawan oleh IDI Momentum Amandemen UU Praktek Kedokteran
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo, menyayangkan pemecatan dr Terawan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Menurutnya, drama pemecatan tersebut telah membuat masyarakat mulai mempertanyakan eksistensi IDI sebagai wadah tunggal organisasi profesi.
"Konflik ini sebagai momentum untuk mendorong percepatan amandemen UU praktik kedokteran dengan penyempurnaan menyeluruh bagaimana pemerataan praktik kedokteran di Indonesia, perlindungan inovasi penelitian dokter, dan perlu tidaknya organisasi tunggal profesi kedokteran sesuai amanah konstitusi, kebebasan berserikat," kata Rahmad, Minggu, (27/3/2022).
Sebelumnya, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI telah memecat mantan Menteri Kesehatan (Menkes), dr Terawan Agus Putranto sebagai anggota IDI.
Keputusan itu dibacakan dalam Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh, Jumat 25 Maret 2022.
Baca juga: Anggota Komisi IX DPR Minta Kemenkes Turun Tangan terkait Pemecatan Dokter Terawan
Rahmad mengatakan IDI adalah organisasi profesi yang memiliki sejarah panjang dengan banyak prestasi dan pengabdian kepada kesehatan negara.
Namun, konflik yang terjadi sekarang ini membuat masyarakat jengah.
"Karena disuguhi drama tidak elok, konflik berkepanjangan, terlebih banyak dokter ada yang pro dan kontra terhadap substansi yang dipersoalkan IDI, dan banyak masyarakat yang mendukung temuan temuan kedokteran semacam ini sehingga menjadikan IDI di duga lebih terlihat pada persoalan personal," katanya.
Seharusnya, kata Rahmad, IDI lebih fokus kepada bagaimana berpikir memenuhi kekurang dokter umum dan dokter spesialis. Selain itu bagaimana menyelesaikan masalah pemerataan praktik dokter di Indonesia.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Taufik Ismail)
Baca berita lainnya terkait Dokter Terawan Diberhentikan Dari IDI.