Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menko PMK: Di Era Post Truth, Kebenaran Dilihat dari Jumlah Follower dan Like

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan saat ini telah masuk dalam era Post-Truth

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Menko PMK: Di Era Post Truth, Kebenaran Dilihat dari Jumlah Follower dan Like
Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan saat ini telah masuk dalam era Post-Truth atau pasca kebenaran.

Menurutnya, masyarakat Indonesia adalah yang paling terdampak oleh era Post-Truth.

"Era post truth itu, menurut saya yang paling menderita negara kita. Kita adalah termasuk negara yang paling menderita kena dampak post truth, era pasca kebenaran itu," ujar Muhadjir dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2022 di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (29/3/2022).

Dirinya mengatakan saat ini kebenaran tidak diukur lagi melalui temuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara prosedural dan dipertahankan secara profesional.

Dalam kondisi ini, masyarakat lebih melihat kepada keterkenalan seseorang di media sosial, yakni dengan merujuk kepada jumlah follower atau pengikut.

"Saat ini, kebenaran datang dari seberapa followernya, berapa yang like, dan berapa yang kemudian mengupload ulang. Sehingga kebenaran itu berapa jumlah follower, bukan apakah benar atau tidak," tutur Muhadjir.

Berita Rekomendasi

Dalam era Post-Truth, Muhadjir mengatakan orang yang benar bisa disalahkan. Sementara yang salah justru dianggap sebagai pahlawan.

Baca juga: Cerita Menko PMK Menyikapi Serangan Netizen di Media Sosial

Setiap orang, kata Muhadjir, dapat membangun citra dirinya melalui media sosial.

"Kalau orang yang pandai membangun marketeer, self marketingnya. Maka dia akan bisa membangun image tentang dirinya. Orang yang salah bisa dibalik dia yang dizalimi. Orang yang berbuat zalim bisa saja kemudian dianggap sebagai pahlawan di era Post-Truth ini," jelas Muhadjir.

Dirinya meminta perpustakaan dapat membantu meningkatkan literasi digital, agar masyarakat tidak terjerumus dengan informasi yang salah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas