Kondisinya Mengkhawatirkan, Begini Nasib Anak-anak di Sumbar yang Diduga Direkrut Teroris NII
Kabagbaops Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan kondisi anak-anak yang diduga direkrut NII tersebut sangat mengkhawatirkan.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri akan melakukan deradikalisasi terhadap anak-anak di Sumatera Barat (Sumbar) yang diduga direkrut 16 teroris jaringan organisasi Negara Islam Indonesia (NII).
Kabagbaops Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan kondisi anak-anak yang diduga direkrut NII tersebut sangat mengkhawatirkan.
Para teroris tersebut secara masif masuk ke daerah yang menjadi target operasi mereka untuk mendapatkan kader baru.
Baca juga: Densus: 16 Teroris yang Ditangkap di Sumbar Berniat Gulingkan Pemerintahan yang Sah
Baca juga: Densus 88 Dalami Struktur Kelompok 16 Orang Teroris NII Yang Ditangkap di Sumbar
Aswin mengatakan pihaknya akan melakukan diversi, yakni pengalihan proses pada sistem penyelesaian perkara anak yang dinilai panjang.
Densus 88 juga akan mengedepankan restorative justice melalui kerja sama dengan berbagai pihak.
“Polri dalam hal ini Densus 88 AT berupaya melakukan deradikalisasi dan terus mengupayakan agar bisa didiversi atau restorative justice,” kata Aswin kepada wartawan, Selasa (29/3).
Aswin menuturkan, Densus 88 menggandeng pihak terkait untuk memberikan pemahaman ajaran agama yang baik agar tidak terjerumus kepada kegiatan ekstrem dan terorisme.
“Bekerja sama dengan Kementerian Sosial atau ormas Islam dalam rangka moderasi beragama,” ujar Aswin.
Baca juga: Konvoi Mobil Bersirene di Puncak: Mengaku Anggota Densus 88, KTA-Pelat Dinas Palsu demi Gaet Wanita
Baca juga: Sudah 7 Tahun Banyak Misteri dan Kejanggalan, Bagaimana Nasib Akseyna ?
Terpisah, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto meminta kasus ini terus didalami dan dikembangkan agar anak-anak yang diduga dilibatkan dalam aktivitas jaringan terorisme segera bisa teridentifikasi.
Susanto mengatakan anak-anak yang diduga terlibat perlu diidentifikasi, sebab jika tidak, upaya penanganan lanjutan akan sulit dilakukan.
"Karena jika ada anak korban tidak teridentifikasi, upaya penanganan lanjutan tidak dapat terlaksana dengan baik. Anak-anak harus kita selamatkan," turutnya.
Ia mengatakan saat ini pola rekrutmen anak dalam jaringan terorisme semakin canggih sehingga sulit dikenali.
"Pola rekrutmen anak oleh jaringan terorisme saat ini semakin canggih dan tidak mudah dikenali oleh orang terdekat anak. Maka kita semua harus hati-hati agar anak tidak terpapar," tuturnya.
Baca juga: Munarman Akan Divonis pada Perkara Dugaan Tindak Pidana Terorisme 6 April 2022 Mendatang
Susanto menyebut pihaknya juga terus mengawal agar tidak ada anak terpapar jaringan teroris.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.