Sebut Terawan Miliki Catatan Khusus, Ketua MKEK: Keputusan Pemecatan Melalui Proses Panjang
Ketua MKEK menjelaskan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memiliki pertimbangan yang cukup banyak dalam pemberian sanksi pada Terawan.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), Prijo Sidipratomo menjelaskan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memiliki pertimbangan yang cukup banyak dalam pemberian sanksi pada Terawan.
Prijo juga mengatakan keputusan pemberhentian Terawan dari IDI tidak serta merta dilakukan, melainkan membutuhkan proses yang panjang.
"Terkait dengan kasusnya sejawat Dokter Terawan tadi, pertimbangannya cukup luas, kalau saya baca apa yang diputuskan dalam Sidang Kemahkamahan pada tahun 2018."
"Pertimbangannya cukup banyak. Itulah yang sebenarnya harus kita pahami bersama, bahwa apa yang dilakukan pada Muktamar itu tidak serta merta, tapi itu merupakan proses panjang," kata Prijo dalam konferensi pers virtual IDI yang dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (31/3/2022).
Prijo juga menyebut, kasus yang menyangkut Terawan ini memiliki catatan khusus.
Kendati demikian Prijo enggan menjelaskan lebih detail terkait catatan khusus tersebut.
"Saya sampaikan ini proses panjang, karena di Muktamar Samarinda sudah ada putusan bahwa untuk kasus sejawat Dokter Terawan ini ada catatan khusus," sambung Prijo.
Baca juga: IDI Sebut Pemberhentian Terawan Tak Terkait Vaksin Nusantara: Proses Panjang Sejak 2013
Lebih lanjut Prijo menuturkan, putusan Muktamar IDI di Samarinda pada tahun 2018 belum sempat terlaksana dan tertunda dengan pertimbangan khusus.
Sehingga Muktamar IDI di Banda Aceh kemarin adalah lanjutan apa yang telah diputuskan di Muktamar ke-30 IDI di Samarinda.
"Karena di Muktamar Samarinda pada tahun 2018 juga ada satu keputusan bahwa untuk sejawat Dokter Terawan ini, kalau tidak ada indikasi itikad baik, mungkin bisa diberikan pemberatan untuk sanksinya," kata Prijo
Alasan Terawan Dikeluarkan dari IDI
Dikutip dari laman resmi DPR RI, Rabu (30/3/2022) menurut informasi yang diterima Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah, ada beberapa hal yang menjadi alasan MKEK melakukan pemecatan terhadap Terawan di IDI.
Pertama, Terawan melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum penelitian selesai.
Kedua, yang bersangkutan bertindak sebagai Ketua dari Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yang dibentuk tanpa melalui prosedur yang sesuai dengan tata laksana dan organisasi IDI.
Selanjutnya alasan ketiga yakni Terawan mengeluarkan instruksi kepada seluruh ketua cabang dan Anggota PDSRKI di seluruh Indonesia agar tidak merespon PB IDI.
Dan yang keempat, Terawan telah mengajukan permohonan perpindahan keanggotaan dari IDI Cabang Jakarta Pusat ke IDI Cabang Jakarta Barat.
Baca juga: Anggota DPR Sayangkan Polemik Terawan Diumbar ke Publik, Sebut IDI yang Kena Imbasnya
Kelima, Terawan telah melakukan promosi metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau terapi ‘cuci otak’ sebelum uji klinis selesai.
Sayangkan Pemecatan
Sebelumnya, pemecatan dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaannya di IDI menuai perhatian Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay.
Saleh menyayangkan atas pemecatan yang dilakukan kepada Terawan.
"Saya benar-benar terkejut dengan keputusan (pemecatan dr Terawan oleh IDI) itu."
"Muktamar semestinya dijadikan sebagai wadah konsolidasi dan silaturahim dalam merajut persatuan."
"Kok ini malah dijadikan sebagai wadah pemecatan, permanen lagi. Ini kan aneh ya?” kata Saleh yang dikutip dari laman resmi DPR RI, Senin (28/3/2022).
Menurut Saleh, Terawan merupakan salah satu dokter terbaik yang dimiliki Indonesia.
Selama bertugas menjadi dokter dan anggota TNI, banyak prestasi yang sudah ditorehkan Terawan.
Baca juga: Libatkan Tim Labfor, Polisi Turun Tangan Selidiki Penembakan KRL Rangkasbitung-Tanah Abang
Satu di antaranya adalah sukses membesarkan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) menjadi rumah sakit yang memiliki kualitas baik.
"Saya kira, baru di Indonesia ini ada seorang dokter profesional yang dipecat."
"Tidak tanggung-tanggung, yang dipecat itu adalah seorang dokter berpangkat Letnan Jenderal dan pernah memimpin RSPAD bertahun-tahun lamanya."
“Bahkan, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI."
"Bagaimana bisa Mantan Menteri Kesehatan bisa dipecat (dari keanggotaan IDI)? Apalagi yang lain,” kata Saleh.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Faryyanida Putwiliani)