Masih Ada Masyarakat yang Percaya Covid-19 adalah Konspirasi, Ini Kata Pakar
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, seharusnya situasi ini tidak mengherankan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi atau wabah sebenarnya bukan hal yang baru.
Bahkan wabah sudah terjadi sejak zaman dahulu kala.
Karenanya ada istilah wabah setua manusia itu sendiri.
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, seharusnya situasi ini tidak mengherankan.
Hanya saja masih ada yang menyangkal jika pandemi tidaklah asli dan merupakan konspirasi.
Menurut Dicky, ada beberapa yang melatarbelakangi munculnya pemahaman ini.
"Manusia modern banyak yang terganggu dengan zona nyaman. Biasanya beraktivitas mencari uang dan sebagainya, kini terganggu karena pandemi," ungkap Dicky pada webinar, Sabtu (9/8/2022).
Baca juga: Ketua DPR AS Nancy Pelosi Positif Covid-19, Menambah Daftar Pejabat AS yang Terpapar Virus Corona
Menurut Dicky ini merupakan teori yang disampaikan oleh salah satu profesor di Harvard.
Ketika terjadi muncul penolakan, ada mekanisme penyangkalan.
"Dia merasa bahwa ada hal yang ingin lakukan tapi tidak bisa. Lalu diingkari dengan mekanisme penyangkalan. Inilah yang diperkuat dengan beredar teori konspirasi dan sebagainya. Itu terlahir dari orang menyangkal," papar Dicky lagi.
Ia pun memberikan penjelasan terkait teori konspirasi jika virus SARS-CoV-2 muncul dari laboratorium yang bocor.
Dicky menyebutkan hal ini ada riset dari sisi genomic.
"Dari virus yang beredar saat ini termasuk Omicron dibandingkan dengan virus asli di laboratorium Wuhan itu berbeda. Dan saya bukan ahli virus untuk menjelaskan, tapi hasil penemuan dari WHO seperti itu," kata Dicky lagi.
Kemudian bicara soal perang biologi, menurutnya kalau itu memang terjadi, akan ada satu negara yang benar-benar aman. Setidaknya punya vaksin atau obat.
"Faktanya, tidak ada satupun negara punya itu, diuntungkan bebas Covid-19. Ini untuk menjawab konspirasi itu," katanya menambahkan.
Di sisi lain banyak masyarakat yang mempertanyakan kenapa vaksin Covid-19 bisa dibuat secepat itu. Menurut Dicky, hal itu tidaklah benar.
"Sebetulnya lama. Saya terlibat SARS, di tahun 2002, tidak lama setelah itu ada riset vaksin. Riset vaksin atau corona lebih dari 20 tahun, bukan nol. Tidak nol sama sekali. Ini tidak diketahui banyak orang," pungkasnya.