Cegah Ancaman Perang Biocyber, TNI akan Bentuk Satuan Nubika dan Siber Dilengkapi Peralatan Canggih
Kapuskes berharap agar para personel kesehatan TNI dapat selalu solid dan loyal, profesionalisme juga harus tetap dijunjung tinggi di setiap penugasan
Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr Budiman membahas perkembangan senjata biologis hingga potensi ancaman perang biocyber.
Budiman menjelaskan munculnya Covid-19, tidak terlepas dari efek modernisasi dan globalisasi sejak tahun 1990-an yang memicu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dikontrol, kata dia dapat menimbulkan dampak negatif.
Dampak tersebut di antaranya muncul beberapa penyakit emerging baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai senjata efektif dan murah yang dikenal dengan senjata biologis.
"Salah satu contoh senjata biologis yang pernah terjadi antara lain serangan serbuk Anthrax dalam amplop di US Capitol tahun 2001 yang menewaskan lima orang korban termasuk seorang senator AS sebagai sasaran," kata Budiman usai membuka Rapat Koordinasi Teknis Kesehatan (Rakornikes) TNI TA 2022 di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur pada Rabu (13/4/2022).
Baca juga: Komisi I DPR Bicara Bahaya Ruang Siber Disalahgunakan untuk Hoaks hingga Konten Radikalisme
Ia melanjutkan, terjadinya transformasi ancaman penggunaan agen biologis tersebut kemudian menginisiasi WHO menyusun International Health Regulation pada tahun 2005, Global Health Security Agenda (GHSA) pada 2014, dan Joint External Evaluation (JEE) pada 2018 yang bertujuan mencegah terjadinya pandemi global.
Sementara itu di Indonesia, kata dia, berbagai regulasi untik mencegah, mendeteksi, dan menanggulangi timbulnya penyakit menular telah dibuat oleh pemerintah di antaranya National Action Plan On Health Security, dan Inpres Nomor 4 tahun 2019 tentang peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandi global, dan kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia.
"Namun Covid-19 tidak dapat dicegah," kata Budiman.
Dengan adanya transformasi ancaman tersebut kata Budiman, maka ke depan akan timbul potensi-potensi ancaman dan peperangan yang merupakan perkawinan antara perang generasi 4 dan 5 serta ancaman biologi.
Ancaman tersebut, kata dia, menjadi ancaman biologic asymmetric warfare dan biocyber warfare.
"Ke depan akan timbul potensi-potensi ancaman dan peperangan yang merupakan perkawinan antara perang generasi 4 dan 5 serta ancaman biologi yang kemudian menjadi ancaman biologic asymmetric warfare dan biocyber warfare," kata Budiman.
Baca juga: TNI AL Tangkap Tugboat dan Tongkang Berbendera Malaysia Bawa PAO Ilegal di Perairan Bengkalis
Selain itu, lanjut dia, dengan ditemukannya teknologi DNA Synthesis juga akan semakin meningkatkan pola ancaman biologi yang secara langsung juga akan mempengaruhi teknik dan strategi perang biologi.
Dalam mencegah dan menangkal adanya potensi ancaman tersebut, kata dia, TNI perlu mengembangkan satuan-satuannya.
"Dalam mencegah dan menangkal adanya potensi ancaman tersebut, TNI perlu mengembangkan satuan-satuan kesehatan nubika dan siber dengan dilengkapi peralatan canggih," kata Budiman.
Oleh karenanya, selama menghadapi ancaman tersebut, Kapuskes berharap agar para personel kesehatan TNI dapat selalu solid dan loyal.
Menurut dia, profesionalisme juga harus tetap dijunjung tinggi dalam setiap penugasan.
"Untuk menghadapi adanya potensi-potensi ancaman di atas, maka diharapkan TNI, khususnya Kesehatan TNI selalu solid, loyal, dan profesional dalam melaksanakan tugas," jelasnya.(Tribun Network/gta/wly)