Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KKP dan Norwegia Gelar Workshop, Genjot Akselerasi Program Terobosan Budidaya Ikan Berkelanjutan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus akselarasi program budidaya ikan.

Editor: Content Writer
zoom-in KKP dan Norwegia Gelar Workshop, Genjot Akselerasi Program Terobosan Budidaya Ikan Berkelanjutan
Dokumen KKP
Guna mendukung akselerasi program terobosan, DJPB melakukan strategi salah satunya mengatasi tantangan dengan menyeimbangkan antara sistem produksi perikanan budidaya di Indonesia dengan lingkungan, khususnya masalah penyakit dengan mengadakan ‘Workshop on Disease Control and Diagnostic Method for MMAF Staff In Indonesia’ yang dilaksanakan 28 Maret - 1 April 2022, di Kota Cilegon, Provinsi Banten. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus berakselerasi mewujudkan program terobosan yang dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.

Guna mendukung akselerasi program terobosan, DJPB melakukan strategi salah satunya mengatasi tantangan dengan menyeimbangkan antara sistem produksi perikanan budidaya di Indonesia dengan lingkungan, khususnya masalah penyakit dengan mengadakan ‘Workshop on Disease Control and Diagnostic Method for MMAF Staff In Indonesia’ yang dilaksanakan 28 Maret - 1 April 2022, di Kota Cilegon, Provinsi Banten. 

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu dalam keterangannya bahwa wabah penyakit ikan adalah kejadian luar biasa sebagai serangan penyakit ikan dalam suatu populasi pada waktu dan daerah tertentu yang dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi.

Sehingga untuk menjaga produksi ikan tetap berkelanjutan masalah penyakit ikan harus dikuasai para pembudidaya. Upaya pencegahan yang dilakukan DJPB, salah satunya dengan mengadakan Workshop Pengendalian Penyakit dan Metode Diagnostik untuk Pegawai KKP. 

“Penanganan penyakit ikan dilakukan oleh pembudidaya ikan terhadap ikan sakit atau terduga sakit. Dengan dilaksanakannya workshop maka diharapkan penanganan penyakit ikan dapat dilakukan dengan pencegahan, pengobatan, pemusnahan dan pemulihan sebelum penyakit ikan semakin meluas. Pegawai KKP yang bertugas dalam hal penanganan dan mendiagnosis penyakit harus mumpuni sehingga dapat memberikan pendampingan teknis kepada para pembudidaya agar menjaga hasil produksinya aman dari berbagai ancaman serangan penyakit,” papar Dirjen yang biasa disapa Tebe. 

Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Gemi Triastutik saat pembukaan kegiatan menyampaikan, workshop tersebut merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan pelatihan mengenai penyakit ikan yang diselenggarakan di Norwegia pada bulan November 2019 lalu, yang melibatkan pengajar dari Universitas of Tromso (UiT) dan Norwegian Life Science University (NMBU).

“Saya berharap ilmu yang disampaikan dari pelatihan dapat diperkaya melalui workshop ini, dan diimplementasikan di kemudian hari,” kata Gemi. 

BERITA REKOMENDASI

Dia melanjutkan, seperti diketahui dalam kurun waktu 3-4 tahun ke depan, perikanan budidaya akan dikembangkan berbasis komoditas unggulan. KKP telah menyiapkan rencana pengembangan budidaya perikanan dalam dua terobosan, yaitu; pertama, pengembangan perikanan budidaya dengan komoditas yang berorientasi ekspor.

Komoditas yang akan dikembangkan antara lain udang, lobster, kepiting, dan rumput laut; dan kedua, pengembangan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal, dengan komoditas unggulan di pedalaman/air tawar, di pesisir/air payau, dan di laut. 

Untuk mendukung program terobosan tersebut, diperlukan intensifikasi dan peningkatan pertumbuhan sistem produksi perikanan budidaya di Indonesia. Namun untuk memitigasi pertumbuhan pesat sistem produksi tersebut, Indonesia perlu mengatasi tantangan tersebut dengan menyeimbangkan antara sistem produksi perikanan budidaya di Indonesia dengan lingkungan, khususnya masalah penyakit ikan yang mungkin menghambat program terobosan yang telah ditetapkan. 

Cara yang dapat dilakukan di antaranya adalah dengan melakukan pengendalian penyakit ikan melalui pemahaman diagnosa, dan pengembangan vaksin untuk ikan.

“Melalui program Sustainable Marine Aquaculture Development in Indonesia (SMADI) ini, saya berharap peserta dapat memperoleh pembelajaran dari Norwegia mengenai penanganan pengendalian penyakit ikan dan peraturan pendukungnya, program vaksinasi ikan yang pernah dilakukan dan wawasan terbaru dalam perkembangan vaksin serta metode diagnostik penyakit ikan,” tukas Gemi. 


Sementara itu, pengelola kesehatan ikan Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Christina Retna Handayani menyampaikan pengelolaan kesehatan ikan menjadi salah satu faktor utama keberhasilan budidaya ikan berkelanjutan, sehingga pengelolaan kesehatan ikan menjadi bagian penting untuk dipelajari dan didalami. 

Sebagai upaya pencegahan penyakit ikan yang diakibatkan karena perubahan iklim dan menurunnya kualitas lingkungan perikanan budidaya dapat mengadopsi teknologi Recirculation Aquaculture System (RAS) atau Sistem Akuakultur Resirkulasi seperti yang dilakukan di Norwegia. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas