Lafalkan Tahlil 100 Ribu Kali, Thariqah Qadiriyah wa Syadziliyah Gelar Suluk di Penghujung Ramadan
Thariqah Syadziliyah wa Qadiriyah menggelar kegiatan Suluk sejak Jumat (22/4/2022) sore di Villa Zawiyah Arraudhah, Kaki Gunung Salak
Penulis: Erik S
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Erik Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Thariqah Syadziliyah wa Qadiriyah menggelar kegiatan Suluk sejak Jumat (22/4/2022) sore di Villa Zawiyah Arraudhah, Kaki Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kegiatan suluk tersebut dibimbing langsung oleh Khadim Zawiyah Arraudhah, KH Muhammad Danial Nafis.
Dalam kegiatan tersebut peserta suluk diberikan amalan umelafalkan tahlil sebanyak 100.000 kali dalam satu kali duduk.
Baca juga: Konser Suluk Musyahadah Cinta Gus Sastro Mampu Hantarkan Pendengarnya ke Dalam Dimensi Spritual
Kalimat tahlil dengan lafal Laa ilaha illa Allah sendiri memiliki keutamaan yang sangat banyak bahkan kalimat tersebut merupakan kalimat yang paling baik.
Kiai Nafis yang juga Mudir Markas Al-Jailani Asia Tenggara menyampaikan bahwa tujuan suluk dengan membaca tahlil sebanyak 100.000 kali akan menghidupkan hati serta merasakan kehadiran Allah Swt.
“Tujuan suluk tahlil 100.000 adalah untuk menghidupkan hati, sehingga akhirnya bisa merasakan kehadiran Allah Swt, Sifat-sifat-Nya dan Perbuatan-Nya,” kata Kiai Nafis menjelaskan kepada Jamaah Suluk.
Selain itu juga, kata Kiai Nafis kalimat tahlil merupakan kalimat thayyibah yang telah disinggung oleh Allah Swt dalam surat Ibrahim ayat 24.
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” ucap Kiyai Nafis membacakan terjemahan ayat.
“Kalimat tahlil ibarat pohon yang rindang dan kuat akarnya, yang bisa untuk berteduh (membuat nyaman) orang di sekitarnya, begitu pun orang yang sudah merasuk kalimat tahlilnya ke badan, anggota tubuh dan aliran darahnya maka ia bisa menjadi tempat berteduh yang membuat orang di sekelilingnya,” ucap Kiai Nafis.
Nafis memberikan nasihat kepada peserta bahwa hidup ini adalah tempat cobaan, supaya kamu diuji mana yang terbaik diantara kalian yang terbaik amalnya.
Sabar bukan hanya ditimpa musibah saja, tapi kita belajar bagaiamana sabar dalam sholat, sabar dalam puasa dan sabar dalam wirid. Karena semua hakikatnya adalah ujian dari Allah.
"Pujian dan cacian tak akan mempengaruhi kejiwaan/keadaan psikologismu jika kau yakini semua pujian dan cacian murni ujian dari Allah, kamu yang dipuji di hari ini belum tentu bisa menjadi terbaik di hari esok. Begitupun kamu yang sedang dicaci dan dihinakan manusia di hari ini, belum tentu kamu akan terpuruk di hari esok," jelas Kiyai Nafis.
Baca juga: Ki Manteb Soedharsono dan Buku Sulukan Pedalangan yang Belum Rampung Ditulis
Kemudian lanjutnya seperti halnya bola basket, orang yang ingin dinaikan derajatnya maka harus siap untuk disudutkan, dipojokkan, dijatuhkan untuk melambung ke derajat yang lebih tinggi.
Tapi masih banyak dari kita yang belum sadar maksud kehendak Allah, pikiran kita masih berkutat pada apa yang di depan mata (seperti pekerjaan) sehingga lupa diri bahwa Allah lah yang menggerakkanmu, Allah lah yang mengaturmu.