Anak Muda Era Milenial Dinilai Memiliki Keunggulan Komparatif Dalam Menghadapi Digitalisasi
Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho, menekankan pentingnya Indonesia di era transformasi untuk saling berbagi tugas
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho, menekankan pentingnya Indonesia di era transformasi untuk saling berbagi tugas atau division of labour.
"Sebagai sebuah bangsa yang bersatu, negara dan masyarakat harus mampu saling kerja sama, berbagi tugas dalam mengejar dan mengawal kepentingan nasional. Untuk itu anak muda, yang jumlahnya besar secara populasi, maka peran dan kontribusinya harus semakin dioptimalkan oleh negara," ujar Dimas saat hadir dalam acara peluncuran lembaga Think Tank perkumpulan mahasiswa Indonesia di Inggris di London, Jumat (29/4/2022).
Dimas menilai anak-anak muda era milenial memiliki keunggulan komparatif dibanding generasi-generasi sebelumnya khususnya dalam menghadapi era digital.
"Mereka relatif memiliki perenungan dan kebijaksanaan tersendiri yang berangkat dari kesadaran dan kecepatan perkembangan konten yang mereka konsumsi dari media sosial," kata doktor antropologi politik ini.
Dimas yang juga mantan Staf Khusus Kantor Kepresidenan ini menilai pelibatan anak-anak muda dalam mensukseskan agenda pemerintah semakin tak bisa dihindari. Kepemimpinan dan inisiatif anak muda produktif menjadi keuntungan negara dalam mensukseskan proses pembangunan dan transformasi sosial ekonomi yang tengah berlangung saat ini.
Anggota Tim Asistensi Menko Perekonomian ini mengungkapkan bahwa regenerasi kepemimpinan tidak mungkin dihindari mengingat jumlah populasi anak muda produktif yang besar. Apalagi di banyak komunitas bisnis, tampuk kepemimpinan telah banyak diserahkan ke generasi ketiga yakni kalangan anak muda.
"Namun harus menjadi catatan, generasi muda yang sudah atau akan menuju jalan kepemimpinan ini masih perlu diperkuat agar mereka punya kapasitas dan integritas yang tepat. Menurut saya, mereka tetap membutuhkan proses pendampingan atau mentoring, sebagaimana Cokro kepada Sukarno, sehingga terbentuk kolaborasi antar generasi-antar sektoral, dan dapat menjadi formasi kepemimpinan kolektif yang ideal bagi bangsa ini," ujar Dimas.
Kontribusi Anak Muda
Bersamaan dengan itu, sejumlah mahasiswa Indonesia di Inggris yang tengah menempuh program master dan doktoral meluncurkan lembaga think tank dan riset.
Tujuannya untuk mendukung upaya pembangunan sosial ekonomi dan bisnis, sosial budaya, politik serta sektor pemerintahan yang saat ini berjalan di Indonesia. Lembaga think tank ini dinamai Equator Iniative For Policy Research.
Menurut salah satu pengagasnya, Muhammad Rosyid Jazuli, inisiatif para mahasiswa Indonesia yang tengah studi di luar negeri dan anak muda diaspora ini diharapkan dapat membantu berbagai agenda dan program pemerintah khususnya dalam kaitannya dengan sumbangan berbagai kajian dan pemikiran.
"Indonesia negara besar, tantangan zaman juga semakin kompleks. Negara di dunia, sebesar dan sekuat apapun, tidak bisa lagi bekerja secara sendiri. Butuh kontribusi dan kolaborasi semua potensi bangsa, tidak hanya dari bisnis, tapi juga civil society, seperti halnya komunitas strategis, akademisi, anak muda dan media. Aspek internasional juga sangat berpengaruh," ujar Rosyid, cendekiawan muda yang juga mahasiswa doktoral di UCL London ini saat membuka acara di Common Room, Nansen Village, London, Jumat (29/4/2022).
Hadir menjadi narasumber selain Dimas Oky Nugroho, adalah Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI London, Khairul Munadi, Asisten Atase Pertahanan, Mayor Angkatan Udara Fajrun Shodiq, dan Sekretaris Perhimpunan Pelajar Indonesia Inggris Raya, Abdul Kodir, yang juga Sekretaris NU Cabang Inggris.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI untuk Inggris Raya, Khairul Munadi, menyambut baik acara peluncuran yang disertai diskusi tentang peran dan inisiatif kepemimpinan anak muda.
"Anak-anak muda, para mahasiswa Indonesia di luar negeri, apalagi yang mendapat beasiswa dari negara, harus memberikan kontribusi, juga keteladanan bagi anak-anak muda yang lain," tutur Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Aceh ini.
Khairul menekankan pentingnya anak-anak muda dan kalangan masyarakat sipil untuk saling bersinergi.
"Perbedaan pendapat dan kritisisme adalah suatu keniscayaan, justru menjadi nilai tambah untuk pengayaan perspektif kita dalam menilai satu hal. Namun penting juga untuk mampu mengelola perbedaan menjadi sesuatu yang positif dan produktif, jangan justru menjadi problem yang memecah kita. Di sini pentingnya kontribusi positif anak-anak muda hari ini, menyatukan potensi bangsa," tegasnya.