Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Merebak, DPR Desak Kementan Segera Lakukan Penanganan

Anggota Komisi IV DPR RI, Darori Wonodipuro mendesak Kementerian Pertanian (Kementan) segera menangani wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Merebak, DPR Desak Kementan Segera Lakukan Penanganan
TRIBUNJATIM.COM/HANIF MANSHURI
ILUSTRASI - Anggota Komisi IV DPR RI, Darori Wonodipuro mendesak Kementerian Pertanian (Kementan) segera menangani wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan. 

"Yang terinfeksi sampai dengan tanggal 4 Mei 2022 sebanyak 2.273 ekor sapi yang teinfeksi (PMK)."

Baca juga: Apa Itu Virus PMK? Waspada Gejala Klinis PMK pada Sapi, Domba, Kambing, dan Babi

"Yang mati saat ini di angka 30-an, yang mati rata-rata anak sapi, yakni yang masih menyusui," kata Safuan dikutip dari tayangan Kompas TV, Rabu (11/5/2022).

Safuan mengatakan, pihaknya tidak dapat menjelaskan secara detail apa penyebab sapi-sapi ini mati.

"Kami tidak bisa menjelaskan secara detail, karena sapi ini mulai sakit seminggu sebelum lebaran itu tepatnya di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang."

"Tapi kami belum bisa mendeteksi apakah ini penyakit (Penyakit Mulut dan Kuku) PMK atau bukan."

"Tapi semakin hari yang terjangkit semakin banyak (yang terjangkit)."

"(Hingga) pada H-3 lebaran kami berkoordinasi dengan Balai Veteriner Medan untuk mendeteksi apa yang sebenarnya terjadi (pada sapi-sapi itu)."

Baca juga: Kementan Siapkan Langkah Darurat Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Sapi di Jawa Timur

BERITA REKOMENDASI

"Pada saat itu kemudian kita melakukan pengambilan sampel dari darah, liur dan sedikit korengan-korengan luka yang ada di kaki," jelas Safuan.

Dan pada akhirnya dinyatakan positif PMK.

Safuan mengatakan, upaya terus dilakukan demi mempertahankan kesehatan hewan ternak itu.

"Sampai hari ini kita hanya melakukan penyuntikkan pada sapi yang sakit, yakni obat antibiotik, obat penurun panas dan vitamin."

"Karena sapi-sapi yang sakit ini rata-rata suhu badannya tinggi."


"Hingga saat ini, setelah dilakukan penyuntikkan, sudah banyak sapi-sapi itu yang bertahan, sudah bisa bangun, sudah bisa makan," lanjut Safuan.

Pengobatan ini, kata Safuan, baru dilakukan secara swadaya warga.

Baca juga: Pedagang: Harga Daging Sapi Rp 165.000, Masih Bisa Naik Lagi Setelah Idulfitri

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas