Nadiem Makarim : SDM Unggul Bukan Hanya Pintar secara Akademik tapi Memiliki Mentalitas Tangguh
Nadiem Makarim mengatakan, pihaknya percaya pendidikan akademik harus diimbangi dengan pendidikan karakter.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengatakan, pihaknya percaya pendidikan akademik harus diimbangi dengan pendidikan karakter.
Sebab di masa depan tantangan yang akan kita hadapi akan semakin beragam dan skalanya jauh lebih besar.
"Sehingga SDM unggul bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga memiliki mentalitas yang tangguh," kata Nadiem Makarim saat menjadi pembicara kunci webinar nasional bertopik Pembentukan Karakter dan Mentalitas Unggul Generasi Emas Berbasis Pancasila melalui Pendidikansecara daring melalui Zoom Meeting dan live streaming melalui kanal YouTube PPM Manajemen, Rabu (1/6/2022).
Baca juga: Megawati Minta Nadiem Makarim Hidupkan lagi Upacara Bendera di Sekolah
Baca juga: Megawati Jelaskan Alasan Tak Dampingi Jokowi Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende
Oleh karena itu, kata dia Kemendikbudristek terus berupaya memastikan agar profil pelajar Pancasila meliputi, pertama beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
"Kemudian berkebinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis hingga harus kreatif," kata Nadiem dalam acara yang diselenggarakan PPM Manajemen ini.
Dari gelar wicara yang menghadirkan Gus Aan Anshori, Tokoh Pendidikan Agama dan Ellen Kristi, Koordinator Nasional Perkumpulan Homeschooler Indonesia dapat disimpulkan bahwa Karakter itu Jati diri yang telah tertanam selama periode yang cukup lama secara konsisten dan berulang-ulang.
Contoh konkret karakter adalah kepercayaan pada Tuhan sesuai dengan sila pertama Pancasila, open minded, gotong royong, diversity –paham dengan daerahnya sendiri.
"Adapun karakter generasi emas berbasis Pancasila masih sangat relevan dan bisa dijadikan panduan seiring perubahan zaman. Tantangannya adalah bagaimana mengajarkan itu pada anak muda, khususnya anak SMA, solusinya bias jadi dengan diselenggarakan dialog interaktif," kata Gus Aan.
Baca juga: FOTO-FOTO Kunjungan Presiden Jokowi ke Ende untuk Peringati Hari Lahir Pancasila 1 Juni
Bagi orang tua harus berpikir kritis, persiapkan mereka (anak) untuk kehidupannya di masa depan, bukan di masa kita.
"Bagi Guru/dosen/tenaga pendidik idealnya posisikan diri sebagai teman. Sedangkan bagi pelajar dan mahasiswa, harus olah rasa, olah pikir, olahraga, olah estetik yang bisa dipelajari dari mana saja. Belajar praktis aplikasi konsep, jangan memisahkan proses belajar, dan harus merdeka dalam belajar dalam lingkungan," kata Ellen Kristi.
Lingkungan yang mendukung bagi pembentukan karakter individu bukan hanya dari sekolah, namun juga dari keluarga.
Orangtua adalah role model, sebagai contoh, panutan, alhasil jangan reaktif ketika anak punya pikiran yang berbeda dengan anak lainnya.
"Jadilah partner diskusi agar bisa menyiapkan anak dalam mengambil keputusan, berkarakter toleransi, berempati, sehingga menjadi pribadi yang unggul,' kata Ellen.
Baca juga: Puan: Pancasila Selalu Relevan bagi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan dan Perkembangan
Tjahjono Soerjodibroto, Ketua Umum Pengurus YYS PPM menyatakan, filosofi jalan daun yang dianut PPM Manajemen membuat kami ingin selalu menjadi mitra organisasi agar mereka dapat bertumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang berharkat dan bermartabat.
"Kami ingin kembali mengajak para peserta pendidikan dan stakeholder untuk memberikan perhatian dan prioritas dalam pembangunan mentalitas unggul generasi emas dengan mengambil momentum Hari Kelahiran Pancasila seraya ingin mempertahankan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang patut dijaga dan harus menjiwai seluruh pembentukan karakter Unggul SDM Indonesia,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.