Kepala BSSN Letjen TNI Purn Hinsa Siburian: Setiap Saat Adalah Perang
Bagi Hinsa, tiada hari tanpa perang untuk mengamankan serangan-serangan siber berupa malware.
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Setiap Saat Adalah Perang."
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letnan Jenderal TNI (Purn) Hinsa Siburian menceritakan beratnya melaksanakan tugas pengamanan informasi rahasia negara.
Bagi Hinsa, tiada hari tanpa perang untuk mengamankan serangan-serangan siber berupa malware.
"Setiap Saat Adalah Perang."
"Kita lihat itu bagaimana serangan setiap saat datang baik berbentuk anomali ataupun yang bersifat teknis malware," katanya saat wawancara eksklusif, Senin (30/5/2022).
Mantan prajurit Kopassus ini mengingatkan anak buahnya di BSSN agar terus belajar melihat perkembangan karena ancaman berubah terus sangat cepat.
Hinsa menjelaskan serangan siber bisa berupa beberapa lapisan sehingga membahayakan misalnya sumber daya energi yang menghidupi pelayanan publik.
Berikut wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network dengan Kepala BSSN Letnan Jenderal TNI (Purn) Hinsa Siburian:
Sebetulnya BSSN ini lembaga apa sih Pak?
Kalau kita sudah memiliki TNI mereka mengamankan udara kita dan Kepolisian Republik mengamankan atau menjaga ketertiban masyarakat.
BSSN ini mengamankan ruang siber nasional karena sesuai tujuan kita berbangsa dan bernegara ini sesuai dengan konstitusi kita yaitu melindungi bangsa memajukan kesejahteraan umum yang cerdas dan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Mungkin ketika konstitusi kita undang-undang Dasar 1945 dibentuk ketika belum terbayangkan akan ada dunia siber ini di situ sebenarnya tujuan kita berbangsa dan bernegara.
Benar kalau dulu ketika masih Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) itu kan berita-berita atau informasi di enkripsi atau masih bersifat offline. Nah sekarang bersifat online jadi tugas dan fungsi itu juga kita laksanakan sesuai dengan Peraturan Presiden diamanatkan tetapi tetap melaksanakan tugas-tugas yang menjadi lebih komplikasi.
Bagaimana ceritanya bapak diminta Pak Presiden Jokowi menjadi Kepala BSSN?
Agak repot menceritakannya karena ketika itu saya tiba-tiba di telepon di dari istana bahwa diberi tugas ini oleh Bapak Presiden tentu pertimbangannya adalah mungkin saya mempelajari tugas-tugas di siber.
Saya pun melihat sebenarnya tugas ini tidak jauh dengan tugas-tugas latar belakang sebagai TNI yakni menjaga keamanan pertahanan di ruang siber.
Saya mencoba memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada di BSSN yang tentunya mereka juga punya latar belakang keamanan informasi karena mereka rata-rata juga sekolah tinggi sandi negara.
Sehingga tidak begitu sulit bagi saya untuk menyesuaikan tugas di BSSN.
Tidak ringan mengurus keamanan sandi negara, apa kira-kira tantangan terberatnya?
Jadi saya pernah baca buku soal keamanan sandi negara di situ disebutkan bahwa setiap hari adalah perang. Bagaimana waktu berarti serangan yang datang setiap saat baik itu berbentuk anomali ataupun yang bersifat teknis yang malware.
Setiap saat itu adalah perang ya itulah yang terjadi di ruang siber dan itu yang selalu saya sampaikan kepada teman-teman di badan siber sekarang kita ini. Saya katakan bahwa kita harus belajar terus perkembangannya sangat cepat ancaman berubah terus.
Serangan malware itu bisa mengancam misalnya PLN sebagai sumber daya energi yang menghidupi pelayanan publik, juga telekomunikasi, ini dampaknya kepada yang lain ya kira-kira demikian.
Sabotase itulah yang disebut serangan yang bersifat teknis dan itu menjadi perhatian kita juga jangan sampai ini terjadi.
Boleh dijelaskan apa saja bentuk ancaman siber?
Ancaman di ruang siber itu sebenarnya ada di tiga lapisan. Jadi pertama lapisan disebut lapisan fisik seperti BTS (infrastruktur telekomunikasi), kemudian ada serat optik, kemudian ada data center tempat di mana data-data atau informasi ini disimpan.
Kemudian lapisan kedua yaitu lapisan logika itu sering kita sebut juga dengan software. Dia yang mengoperasionalkan, dia yang memproses dan dia juga yang berfungsi menukar data informasi ini. Jadi lapisan pertama tadi terkoneksi juga dengan lapisan ketiga yang disebut fiber dan siber.
Ancaman itu juga menyerang siber persona yang merupakan identitas akun media sosial di mana orang-orang bisa menggunakan identitas palsu di situlah terjadi tipu menipu. Masyarakat kita ini kadang-kadang terlalu cepat percaya. (*)