Fahri Hamzah Kritik KIB: Keliru, Coba Panggil Semua Ketua Umumnya Biar Saya Kasih Tahu
Fahri menjelaskan, tak ada istilah koalisi dalam negara yang menganut sistem presidensial.
Editor: Malvyandie Haryadi
Lamhot mengatakan, untuk capres cawapres masih perlu musyawarah karena ini masih dinamis. Dia menyebitkan masih butuh waktu untuk mengkomunikasikan.
"Akan tetapi kita meyakini Hasil survei beberapa lembaga saat ini tidak bisa dijadikan patokan, masih terlalu dini, capres capres dengan elektabilitas tinggi tapi belum tentu dapat tiket 2024," ujar Lamhot.
"Kami dari Partai Golkar yakin setelah pasangan capres cawapres ditetapkan KPU, dan Airlangga yang diusung, itu akan merubah konstelasi dan elektabilitas Airlangga Hartarto akan naik drastis. 2024 siklus akan kembali ke Golkar dan Airlangga Hartarto akan menjadi Presiden RI berikutnya," imbuh Lamhot.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPP PKS Mabruri mengatakan PKS tidak akan terburu-buru dalam menentukan arah koalisi, tetapi kami berharap tiga poros akan terbentuk dalam konstelasi untuk menghindari polarisasi di masyarakat.
"Semua masih dinamis, di 2019 kami juga last minute menentukan arah koalisi," kata Mabruri.
Senada dengan PKS, Pengamat Politik Gun Gun Heryanto berharap ada tiga poros nanti di 2024 nanti.
Tetapi Gungun mengatakan ada 3 faktor yang menentukan dinamika politik nasional ke depan.
Pertama figur, kedua dinamika internal dan eksternal partai yang hal ini masih terjadi di PDIP.
"Sosok Megawati ini ke depan akan menjadi Game Changer. Ketiga publik accepted, penerimaan publik," ucapnya.
"Kemungkinan tiga poros tersebut KIB, poros Gerindra dan PDIP dan terakhir Poros Nasdem, PKS dan PD. Posisi PKB akan swing di salah satu poros," tandasnya. (Tribunnews/Mam/Vin)