Layanan Serentak Sejuta Akseptor, BKKBN Dorong Paradigma Baru Keluarga Berencana
BKKBN mendukung paradigma baru tentang Keluarga Berencana (KB), bukan hanya jumlah anak tapi juga kualitas anak yang dilahirkan.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung adanya paradigma baru tentang Keluarga Berencana (KB) di masyarakat. Paradigma ini mengajak semua keluarga, tidak hanya mempersoalkan jumlah anak, tapi juga kualitas anak yang dilahirkan.
Hal ini disampaikan Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og dalam pembukaan resmi Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan, Surabaya, Rabu (15/6/2022).
Hasto Wardoyo mengakui bahwa jargon ‘dua anak cukup’ sudah sukses menurunkan angka kelahiran turun dari 5,6 anak per perempuan menjadi 2,24 anak per perempuan pada tahun 1971.
“Kalau dulu BKKBN bekerja keras sejak 1971 itu orientasi kepada kuantitas dengan jargon dua anak cukup. Memang sudah sukses. Angka kelahiran turun dari 5,6 anak per perempuan pada 1971 turun menjadi 2,24 anak per perempuan saat ini. Alhamdulillah sukses,” kata dr. Hasto.
Lebih lanjut, Hasto menyampaikan bahwa sekarang ini tidak cukup sekadar dua anak saja, tapi kedua anak itu juga harus sehat demi Indonesia yang maju dan bebas stunting.
“Sekarang ini tidak hanya dengan dua anak cukup tapi memang dua anak itu harus sehat. Sehingga kalau dulu itu kuantitas tetapi sekarang ini kuantitas dan kualitas,” jelas Hasto.
Menurut Hasto, bonus demograsi yang saat ini dirasakan Indonesia karena proporsi penduduk yang produktif lebih besar dari pada yang tidak produktif. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, setiap 100 penduduk produktif menanggung beban 41 penduduk yang tidak produktif.
“Kalau mau kaya ya sekarang ini saatnya, karena penduduk yang produktif lebih banyak dan beban untuk penduduk yang tidak produktif lebih sedikit,” ujar Hasto.
Hasto kemudian menjelaskan bahwa penduduk yang tidak produktif itu juga bersifat konsumtif, walaupun tidak bekerja namun tetap butuh makan sehingga menjadi beban.
“Oleh karena itu kita harus memanfaatkan bonus demografi ini dengan diawali kualitas sumber daya manusia yang unggul,” jelas Hasto.
Pembukaan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di RSAL dr. Ramelan, Surabaya ini merupakan rangkaian dari kegiatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 yang nantinya akan digelar di Kota Medan, Sumatera Utara.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala RSAL dr. Ramelan, Laksamana Pertama TNI dr. Gigih Imanta J., Sp.PD., Finasim., M.M. dan Deputi 3 Kemenko PMK drg. Agus Suprapto, M.Kes, beserta jajaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Dra. Maria Ernawati, MM dan juga sejumlah kepala daerah yang mengikuti secara daring.
“Apa hubungan Pelayanan KB Sejuta Akseptor dengan generasi yang unggul? Ternyata jumlah anak sangat mempengaruhi kualitas anak. Kalau dulu jargonnya banyak anak banyak rezeki, sekarang ini banyak anak banyak masalah,” kata Hasto.
Hasto lebih lanjut membahas soal jarak kelahiran yang menurutnya sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Secara medis, jika jarak kelahiran anak kurang tiga tahun, maka bisa berhubungan erat dengan stunting dan autis. Hasto juga menjelaskan secara psikologis, jarak kelahiran yang terlalu dekat juga bisa menimbulkan kecemburuan antara anak satu dan yang lainnya. Sehingga sulit menerapkan pola hidup sehat.
“Oleh karena itu birth to birth interval, pregnancy to pregnancy interval harus dijaga betul dengan cara kontrasepsi. Inilah cara kita untuk menurunkan stunting. Parenting sangat berpengaruh besar. Ketika bapak ibu ingin anaknya mau disuruh apa saja, misal mau disuruh makan, syaratnya harus happy. Nah kalau tidak happy, mood-nya tidak bagus, makan tidak bagus akhirnya juga stunting,” ujarnya.
Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor digelar di berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Dokter, Praktik Mandiri Bidan dan pelayanan bergerak KB. Yang terakhir akan menggunakan Mobil Unit Pelayanan KB di semua Kabupaten/Kota.
Pelayanan KB bisa meliputi KB ulangan, ganti cara (metode) dan KB pascapersalinan baik lewat suntikan atau pil, juga metode jangka panjang dengan implant, IUD, Metode Operasi Wanita atau istilah lainnya Tubektomi dan Metode Operasi Pria (Vasektomi). Selain KB pascapersalinan juga tersedia pelayanan KB baru.
Sekadar informasi, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) baru saja memberikan Penghargaan Kependudukan (United Nations Population Award) kepada Indonesia, Senin (13/6/2022) kemarin. Indonesia diklaim sudah memberikan kontribusi luar biasa dan kesadaran terhadap isu kependudukan serta solusi yang sudah dilakukan.
Penghargaan itu diberikan secara langsung oleh Sekretaris Komite UNPA Dr. Natalia Kanem kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di markas besar PBB, New York, Amerika Serikat.