KLHK: Program Divert Sesuai SDGs Dalam Mengatasi Persoalan Sampah
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai program DIVERT dapat menjadi solusi untuk tangani persoalan sampah.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai program DIVERT dapat menjadi solusi untuk tangani persoalan sampah.
Hal tersebut disampaikan Direktur Pengurangan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK, Sinta Saptarina Soemiarno.
"Program ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta selaras dengan berbagai upaya strategis yang dilakukan pemerintah dalam pengurangan dan penanganan sampah nasional," ucap Sinta, dalam webinar, Kamis (16/6/2022).
DIVERT merupakan program berbasis digital jasil kolaborasi antara Unilever dengan Waste4Change.
Baca juga: Pertama di Indonesia, Pengolahan Sampah dengan Lalat Tentara Hitam di Rest Area Tol
Baca juga: Kominfo Ajak Masyarakat Selamatkan Laut dari Sampah Plastik
Program tersebut mendapat dukungan pendanaan dari Unilever global, melalui project TRANSFORM, sebesar lebih dari Rp3 miliar.
Disampaikan Sinta, dengan kecenderungan peningkatan sampah plastik dari 11 % di 2010 menjadi 17 % di 2021, Pemerintah melalui Peraturan Menteri LHK 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen mendorong secara konstruktif upaya-upaya pengurangan sampah.
“Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur,” lanjut Sinta.
Sementara itu, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi menyampaikan, hal tersebut sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022, yaitu ‘One Earth’.
"Sebagai perusahan yang telah berada di Indonesia selama lebih dari 88 tahun, kami memiliki komitmen kuat untuk menciptakan bumi yang lestari, sejalan dengan strategi besar Unilever yang dinamakan ‘The Unilever Compass’," ujarnya.
Baca juga: Inggris Peringatkan Wabah Kolera di Mariupol, Disebabkan Sampah dan Mayat yang Membusuk
Baca juga: Kolaborasi IA-ITB dan Kemensos RI Kelola Sampah Jadi BBM di Pulau Penyangga Kepri
Disampaikan Maya, saat ini permasalahan lingkungan yang dihadapi bumi sangatlah beragam, salah satunya permasalahan sampah plastik yang sangat pelik.
Ia menambahkan, Unilever percaya bahwa plastik memiliki tepatnya tersendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan.
"Untuk itu, perusahaan memiliki komitmen yang kuat bahwa paling lambat pada tahun 2025, pihaknya akan mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang," tuturnya.
Upaya yang dilaksanakan mulai dari hulu ke hilir rantai bisnis ini telah memungkinkan Unilever Indonesia untuk membantu mengumpulkan dan memproses lebih dari 45.900 ton sampah plastik di 2021 melalui pengumpulan sampah plastik.
"Terutama jaringan bank sampah sebanyak lebih dari 24.500 ton serta pemrosesan sampah melalui teknologi Refused Derived Fuel (RDF) sebanyak lebih dari 21.400 ton," tuturnya.
Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT, Rizky Ambardi menerangkan, proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pasca konsumsi.
Baca juga: Denmark Tertarik Investasi Proyek Pengolahan Sampah Jadi Energi
Baca juga: Waspadai Sampah Digital di Era Digitalisasi Perbankan
"Sejak dimulai pada September 2021 lalu, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien," imbuhnya.
Hingga saat ini, proyek DIVERT telah melibatkan 556 mitra pengumpul sampah, melakukan scale-up sistem ERP untuk 51 mitra, dan berhasil mengumpulkan 778 ton sampah plastik dalam jangka waktu 6 bulan.
"Salah satu program yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah membuat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memastikan ketertelusuran sampah, capacity building bagi mitra-mitra pengumpul sampah, hingga pengoptimalan fasilitas pengumpulan dan pengolahan sampah," ucapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.