Soal Peluang PDIP Koalisi dengan PKB-Gerindra, Hasto Singgung Momen Cak Imin Tanya Tongkat Megawati
Hasto Kristiyanto menyinggung momen Cak Imin bertanya soal tongkat kepada Megawati saat bicara soal peluang koalisi PDIP dengan PKB-Gerindraw.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung momen Muhaimin Iskandar (Cak Imin) bertanya soal tongkat kepada Megawati Soekarnoputri.
Hal tersebut diungkapkan Hasto Kristiyanto saat bicara soal peluang PDIP akan merapat bersama dengan Gerindra dan PKB dalam menghadapi Pilpres 2024.
Hasto mengungkapkan, bahwa hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sangat cair dan baik.
"Jadi ya Cak Imin itu cair orangnya ya, dia bertemu dengan bu Mega karena beliau dekat dengan bu Mega, Cak Imin ini," kata Hasto di sela-sela Rakernas II PDI Perjuangan di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).
Hasto mencontohkan, dekatnya Megawati dan Cak Imin terlihat saat pengumuman reshuffle kabinet di Istana Negara, beberapa waktu lalu.
Saat itu, Cak Imin menyinggung tongkat yang digunakan Megawati.
Baca juga: Megawati Ungkap Kriteria Capres saat Penutupan Rakernas II PDIP: Bukan soal Elektoral Semata
"Kalau Cak Imin ini memang kita ketemu dengan bu Mega kemarin juga dialog-dialog itu lucu," ungkap Hasto.
"Jadi sambil menanyakan ibu kan membawa tongkat, pusaka ini dari mana ini, unik ini dan terjadi lah dialog tentang tongkat bu Mega itu," tambahnya.
Lebih lanjut, kata Hasto, Cak Imin dititipkan Presiden RI Keempat Abdurrahman Wahid.
Dimana, Megawati merupakan wakil presiden di era Presiden Gus Dur.
Baca juga: Tegaskan PDIP Tak akan Koalisi dengan PKS dan Demokrat, Hasto: Jika dengan Demokrat, Sulit Terwujud
Ia juga menilai, bahwa kerjasama Cak Imin dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto merupakan sesuatu yang positif.
Apalagi Prabowo dan Megawati juga memiliki hubungan yang dekat.
"Bahkan (Cak Imin) dititipkan oleh Gus Dur kemudian bertemu dengan pak Prabowo. Ya silaturahim kan suatu hal yang baik suatu hal yang positif untuk bertemu," jelas Hasto.
Sementara, Hasto turut menanggapi soal koalisi yang dibangun oleh Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Hasto mengatakan, PDIP mengapresiasi soal terbentuknya kerja sama antar dua parpol tersebut. Tak hanya itu, PDIP juga menyampaikan ucapan selamat untuk NasDem dan PKS.
Baca juga: Puan Maharani Jawab Pertanyaan Soal Capres PDIP di 2024: Sudah Ada Dong Pastinya
"Ya itu bagus sekali ada partai yang secara dini membangun koalisi antara Nasdem dengan PKS. PDI Perjuangan mengucapkan selamat atas koalisi Nasdem dan PKS tersebut," kata Hasto.
Hasto pun mengatakan, bahwa PDIP tidak mau masuk ke dalam pusaran koalisi yang kini coba dibangun oleh parpol.
Namun, kata Hasto, PDIP memiliki keyakinan bahwa jalan yang harus ditempuh saat ini adalah turun ke bawah dan menyerap aspirasi masyarakat.
Terkhusus, membantu masyarakat dalam memulihkan kondisi akibat dampak pandemi.
"Tetapi bagi PDI perjuangan keyakinan yang kami tempuh adalah turun ke bawah ke desa-desabmenyerap aspirasi masyarakat desa, membantu memulihkan dari dampak pandemi (Covid) 19," ucap Hasto.
Tutup Pintu Buat PKS-Demokrat
PDIP secara jelas menyatakan tak akan membangun kerja sama politik dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat ditanya kemungkinan bergabung dengan koalisi NasDem dan PKS dalam Pemilu 2024.
"Ya kalau dengan PKS tidak," kata Hasto.
Hasto pun tak menjelaskan secara gamblang alasan kenapa PDIP enggan berkoalisi dengan PKS.
Tak hanya itu, Hasto mengatakan tak mudah untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Menurut Hasto, dalam berbagai dinamika politik di Tanah Air menunjukkan bahwa kedua partai tersebut tidak mudah untuk berkoalisi.
Baca juga: PDIP Sebut Sulit Koalisi dengan Demokrat, Andi Arief : Bertabrakan, Catat Janji Kami Ini
"Kalau saya pribadi sebagai Sekjen memang tidak mudah untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukan hal itu," kata Hasto.
Hasto menuturkan, koalisi juga dibangun harus melihat emosional pendukung PDIP atau wong cilik.
Sebab wong cilik, katanya, tak suka terhadap berbagai bentuk kamuflase politik dan mau apa adanya.
"Ya, koalisi ini harus melihat emosional bonding pendukung PDIP, begitu. Pendukung PDIP ini rakyat wong cilik yg tidak suka berbagai bentuk kamuflase politik. Rakyat apa adanya," ujar Hasto.
Lebih lanjut, Hasto menjelaskan, PDIP berpolitik bergerak ke rakyat untuk menggalang kekuatan rill, bahkan kekuatan di awang-awang.
"Bagi PDIP berpolitik ini bergerak ke bawah. Ketika kita menggalang kekuatan riil dari rakyat, bukan kekuatan di awang-awang," ungkapnya.
Ia menambahkan, terkait kerja sama antar partai politik dilakukan melalui pendekatan yang lebih intens disertai pembahasan agenda strategis untuk kemajuan negara.
"Akan tiba saatnya komunikasi intens kerja sama politik dalam kaitan untuk mengusung Paslon itu dilakukan melalui pendekatan yang jauh lebih intens disertai pembahasan agenda strategis bagi kemajuan negara besar seperti Indonesia," jelas Hasto. (tribun network/yuda).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.