Pengamat Prediksi Politik Identitas dan Polarisasi Ekstrem di Pilpres 2024 Makin Tajam
Pengamat memprediksi potensi politik identitas dan polarisasi ekstrem pada tahun 2024 akan semakin menguat tajam.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mewanti-wanti sejak dini akan adanya potensi politik identitas dan polarisasi ekstrem pada tahun 2024 yang diprediksi akan semakin menguat tajam.
Hal itu dikatakan Qodari dalam acara Halal Bi Halal Komunitas Jokowi Prabowo 2024 bersama sejumlah relawan Jokowi dan tokoh serta kelompok masyarakat yang berlangsung di Sekretariat Nasional Jokpro 2024, Tegal Parang Selatan I, Jakarta Selatan, Sabtu (25/6/2022).
"Saya sampaikan warning nih ya dengan konstelasi yang ada sekarang ini maka kita harus siap-siap dengan kemungkinan polarisasi ekstrem lagi 2024 yang akan datang, dengan berat hati harus disampaikan ya mumpung belum terjadi," kata Qodari dalam keterangan yang diterima, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Respons Puan Maharani Soal Dorongan Berduet dengan Ganjar di Pilpres 2024
Menurut Qodari, masih ada waktu untuk mencegahnya sebelum konflik horizontal pecah ditengah masyarakat akibat politik identitas dan polarisasi.
Pasalnya, lanjut Qodari, pertarungan pada pilpres di putaran II pasti akan dimanfaatkan oleh dan akan bekerjasama dengan kelompok-kelompok identitas.
"Siapapun yang bertarung di putaran kedua pilpres pasti dimanfaatkan oleh dan akan bekerja sama dengan kelompok-kelompok identitas seperti PA 212," ujarnya.
Lebih lanjut Qodari mengatakan kelompok itu akan melabeli atau memberikan stempel calon Islam kepada calon presiden tertentu dan ini akan menciptakan pembelahan dan polarisasi yang semakin ekstrem, sebab demikianlah tren yang berlangsung dari Pilpres 2014 dan 2019.
Qodari masih tidak percaya dengan elite politik yang mengatakan sudah tidak lagi menggunakan politik identitas dalam pertarungan politik, namun kenyataannya di lapangan malah sebaliknya.
"Saya tak percaya dengan elite politik yang mengatakan kami sudah kapok dengan polarisasi, kami sudah menolak politik identitas, sekarang ngomong begitu saat bertarung sebaliknya. Jadi Menurut saya kita sudah tahu apa yang terjadi di 2024 dan kita harus berbuat sesuatu untuk mencegah itu terjadi karena inilah hidup kita," ucapnya.
Baca juga: Jeda Waktu Pilpres hingga Pelantikan Buat Presiden Menjabat Tak Bisa Mengeluarkan Kebijakan Efektif
Oleh karenanya, untuk mencegah hal itu terjadi, Qodari menawarkan gagasan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kembali menjadi Presiden selama tiga periode berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Pasangan Jokowi-Prabowo diyakini akan meredam politik identitas dan polarisasi ekstrim dan hanya akan melawan kotak kosong.
"Solusinya adalah Jokowi-Prabowo berpasangan di 2024 dan akan melawan kotak kosong. Kotak kosong tidak dapat diberi label calon Islam," kata Qodari.