Sunny Tanuwidjaja Mundur dari PSI, Kini Berbalik Dukung Anies Baswedan
Sunny sebenarnya sudah mundur sejak satu tahun yang lalu dan digantikan oleh Raja Juli Antoni.
Penulis: Reza Deni
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sunny Tanuwidjaja resmi mundur dari jabatannya sebagai Sekretaris Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie mengatakan Sunny sebenarnya sudah mundur sejak satu tahun yang lalu dan digantikan oleh Raja Juli Antoni.
"Sunny mundur atas keinginannya sendiri, karena beliau menyadari akan memilih jalan politik yang berbeda dengan PSI," kata Grace kepada wartawan, Rabu (29/6/2022).
Grace mengatakan soal Sunny yang kini berbalik mendukung Anies Baswedan.
Baca juga: PSI Tegaskan Tak akan Dukung Anies Baswedan Jadi Capres 2024: Teguh Prinsip Antikorupsi
Grace sendiri menegaskan PSI tak akan pernah mendukung semua kebijakan Anies.
"Karena yang bersangkutan (Anies) memiliki rekam jejak terlibat dalam politik identitas yang sangat bertentangan dengan DNA PSI," kata dia.
Meski begitu, Grace menyebut Sunny sebagai seorang gentleman karena mengaku mendukung Anies.
"Dan untuk itu beliau mengundurkan diri. Beliau tahu persis sikap PSI terhadap Anies sangat clear tidak akan mentoleransi politik identitas yang dimainkan Anies untuk meraih kekuasaan," tandas dia.
PSI sampai saat ini masih menjadi oposisi bagi Anies.
Partai dipimpin Giring Ganesha itu konsisten menjadi oposisi sejak jagoan mereka Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dikalahkan Anies pada Pilkada 2017 lalu.
Bekas Staf Ahok
Sunny Tanuwidjaja dulunya adalah sosok yang dekat dengan Ahok.
Kedekatan Ahok dan Sunny sudah terbangun sejak 2010.
Ahok mengungkap awal kedekatannya dengan Sunny berawal pada tahun 2010, saat ia datang ke Amerika Serikat untuk memenuhi undangan salah salah satu perkumpulan orang Indonesia di negeri Paman Sam itu.
Sunny adalah salah satu anggota perkumpulan itu.
Menurut Ahok, saat di AS itu ia sempat melontarkan keinginannya menjadi Gubernur DKI.
Keinginannya itu kemudian mendapat dukungan dari Sunny dan rekan-rekannya di perkumpulan tadi.
Setelah itu, kata Ahok, Sunny kemudian memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mendampinginya.
Saat itu, selain berstatus sebagai mahasiswa S3 di Northern Illinois University, Sunny sudah tercatat sebagai salah satu peneliti di Central for Strategic and International Studies (CSIS).
"Saya juga senanglah dia bisa bicara soal politik, memang dia sekolah itu. Terus ikut sampai saya jadi wagub. Makanya saya bilang mau dinamai staf khusus susah juga, karena saya gaji dia juga enggak. Dia kerja sama perusahaan lain," ujar Ahok seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut Ahok, Sunny memiliki kemampuan dan analisa politik yang baik.
Namun, Ahok mengaku semua kebijakannya tidak bisa disetir oleh siapapun, termasuk oleh Sunny.
Ia menyebut Sunny pernah mencoba mengaturnya, namun Ahok kemudian malah balik memarahinya.
"Kalau lo terlalu dalam ngatur gue ya ayo ribut, pasti gue ribut. Termasuk ngatur gue ke tv. Gue enggak mau diatur. Emang lo pikir gampang ngatur gue," ucap Ahok.
Pada medio 2016, Sunny turut terseret dalam pusaran kasus korupsi proyek reklamasi yang diselidiki KPK.
Namanya disebut-sebut dalam kasus suap rancangan peraturan daerah (raperda) proyek reklamasi yang menjerat Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi.
Sanusi menyebut Sunny terlibat sebagai perantara yang menghubungkan antara Ahok, Pemprov DKI Jakarta dan pengembang reklamasi.
Belakangan, KPK pun melayangkan permohonan pencegahan ke luar negeri terhadap seseorang Sunny.
Pencegahan itu dilakukan agar Sunny bisa dengan mudah diperiksa dalam kasus yang juga menyeret nama dua perusahaan properti kelas kakap, Agung Podomoro Land dan Agung Sedayu Group, itu.