Dalam Khotbah, Eks Menag Lukman Hakim Beberkan 3 Tantangan Beragama yang Terjadi di Indonesia
Dalam khotbahnya, Lukman Hakim membeberkan 3 poin tantangan kehidupan umat manusia dalam beragama khususnya di Indonesia yang adalah negara majemuk.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Agama RI (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjadi Khotib dalam ibadah salat Idul Adha yang digelar di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan.
Dalam khotbahnya, Lukman Hakim membeberkan setidaknya ada tiga poin tantangan kehidupan umat manusia dalam beragama khususnya di Indonesia yang merupakan negara majemuk.
"Agama menasihatkan bahwa setiap manusia punya harkat, derajat, dan martabat yang harus senantiasa dilindungi dan dijunjung tinggi. Inti dan esensi pokok ajaran agama adalah memanusiakan manusia," kata Lukman Hakim dalam khotbah dengan tema 'Memanusiakan Manusia' di atas mimbar, Minggu (10/7/2022).
Adapun tantangan dalam beragama menurut Lukman Hakim yakni pertama, saat ini banyak manusia yang kehidupannya telah mengingkari nilai-nilai kemanusiaan.
Dirinya menilai, kekinian, sebagian besar manusia yang beragama justru hidupnya semakin eksklusif dan tidak mementingkan kehidupan orang lain.
"Fenomena beragama yang amat memprihatinkan seperti itu tak hanya mengganggu kehidupan keagamaan di tengah masyarakat yang majemuk, tetapi juga mengancam keutuhan keindonesiaan kita," ucap Lukman.
Baca juga: Jusuf Kalla, Lukman Hakim dan Jimly Asshiddiqie Salat Idul Adha di Masjid Agung Al Azhar
Tantangan kedua, Lukman menjelaskan,bahwa belakangan ini dirinya menilai sudah mulai muncul fenomena tafsir keagamaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Hal itu dikarenakan, banyaknya tafsir namun tidak berdasarkan kaidah keilmuan, atau dalam kata lain, banyak manusia yang tidak memiliki kompetensi keilmuan yang cukup, tetapi dengan mudah menerjemahkan, menafsirkan, dan menginterpretasikan teks-teks kitab suci.
"Muncullah terjemahan dan tafsir keagamaan yang terlalu berlebihan dan melampaui batas. Sebagian kelewat bertumpu pada teks semata dan mengabaikan konteks sama sekali," beber dia.
"Lahirlah beragam konflik sosial di tengah masyarakat akibat adanya benturan saling memaksakan tafsir yang tak berdasar tersebut," sambungnya.
Tantangan terakhir kata Lukman yakni dengan munculnya fenomena di mana atas nama agama, setiap orang bisa secara demonstratif mendakwahkan pemahaman bahwa Pancasila bertentangan dengan ajaran agama.
Padahal di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia yang beragam suku ras dan agama, nilai di dalam Pancasila menjadi penting untuk dikedepankan.
"Cara beragama yang berlebihan dan melampaui batas seperti itu juga akan berdampak memperburuk citra agamanya sendiri serta melukai keharmonisan hidup bersama umat agama lain," tukas Lukman.
Sebagai informasi, dalam kesempatan ini, Lukman berdiri sebagai Khotib dengan menyampaikan khotbah bertemakan 'Memanusiakan Manusia serta menjaga kemaslahatan dan kesepakatan bersama'.
Dalam momen salat Idul Adha di Masjid Agung Al Azhar ini juga turut dihadiri oleh mantan Wakil Presiden RI sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla serta mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.