3 Novel Sejarah Indonesia selain Gadis Kretek yang Soroti Peran Perempuan
3 Novel sejarah Indonesia selain Gadis Kretek yang soroti peran perempuan. Gadis Kretek akan diadaptasi menjadi serial di Netflix.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
![3 Novel Sejarah Indonesia selain Gadis Kretek yang Soroti Peran Perempuan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gadis-pantai-pramoedya-ananta-toer.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini novel sejarah Indonesia yang menyoroti peran perempuan, selain Gadis Kretek.
Gadis Kretek mengisahkan industri rokok di Indonesia.
Tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini digambarkan sebagai perempuan yang menjadi pusat perkembangan industri rokok kretek.
Jeng Yah dalam novel Gadis Kretek adalah pengusaha rokok perempuan yang berjaya pada masanya.
Selain Gadis Kretek, ada sejumlah novel Indonesia yang menyoroti peran perempuan.
Simak resensi tiga novel sejarah Indonesia di bawah ini:
Baca juga: 5 Fakta Serial Gadis Kretek yang Dibintangi Dian Sastro dan Putri Marino, Ada Isu Politik 1965
1. Gadis Pantai
Dikutip dari laman Kretsit Universitas Ahmad Dahlan, Novel Gadis Pantai menceritakan seorang gadis pantai yang masih berumur empat belas tahun di masa kolonial Belanda.
Suatu hari, ada seorang utusan menemui ayah Gadis Pantai karena diutus untuk meminta anaknya dinikahkan dengan Bendoro.
Ayah gadis pantai menyetujuinya.
Gadis pantai dinikahkan dengan keris karena Bendoro berhalangan hadir.
Hari berikutnya, Gadis Pantai diajak ke istana di daerah Jepara dengan pakaian kebaya dan kalung tipis menghiasi lehernya.
Novel Gadis Pantai menyoroti peran perempuan pada masa feodalisme, ketika perempuan diperlakukan sebagai benda.
Tidak disebutkan nama dari Gadis Pantai dan hanya dipanggil sebagai Mas Nganten.
Novel ini adalah buku berisi sejarah yang dikemas dengan cerita tradisional dan budaya pada masa penjajahan Belanda, ketika si Gadis Pantai hanya diperlakukan sebagai selir.
Baca juga: Putri Marino dan Dian Sastro Bintangi Serial Gadis Kretek, Arya Saloka Perankan Lebas?
2. Ronggeng Dukuh Paruk
![Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ronggeng-dukuh-paruk-ahmad-tohari.jpg)
Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah trilogi novel yang terdiri dari 3 buah novel Surat Buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala yang dibuat oleh Ahmad Tohari, dikutip dari Perpustakaan FIS UNY.
Novel ini bercerita tentang perjalan hidup tokoh Srintil yang terpilih menjadi seorang penari ronggeng di kampungnya.
Tugas baru Srintil itu telah mengubah jalan hidupnya dan juga kekasihnya.
Dalam buku surat buat emak di tulis perjalanan hidup tokoh Rasus yang mencari gambaran emaknya dalam diri srintil.
Rasus menjadi agak kecewa saat mengetahui Srintil yang baru berusia 11 tahun harus menjadi seorang ronggeng.
Karena apabila Srintil menjadi ronggeng maka Rasus akan tidak bisa lagi bermain dengan Srintil.
Novel ini telah diadaptasi menjadi film berjudul Sang Penari.
Baca juga: Gadis Kretek akan Tayang di Netflix, Putri Marino dan Dian Sastro Adu Akting
3. Cantik Itu Luka
![Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/cantik-itu-luka-eka-kurniawan.jpg)
Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan mengisahkan seorang perempuan yang bernama Dewi Ayu.
Dewi Ayu adalah seorang wanita yang sangat cantik, dikutip dari Gramedia.
Namun, kecantikannya justru membawa malapetaka bagi dirinya dan keturunannya.
Dewi Ayu menjadi seorang pelacur ternama yang bayarannya mahal dan sangat dicari oleh para pelanggannya, yaitu para tentara Belanda dan Jepang.
Hasil dari pekerjaannya sebagai seorang pelacur, Dewi Ayu memiliki 4 orang anak perempuan yang tidak diketahui pasti siapa ayahnya.
Anak pertama, anak kedua, dan anak ketiga Dewi Ayu tidak kalah cantik dengan ibunya.
Namun, anak keempat memiliki nasib yang bertolak belakang dengan nasib ibu dan ketiga kakaknya, karena terlahir dengan wajah yang mengerikan.
Meski demikian, Dewi memberi nama anak keempatnya Cantik.
Tidak lama setelah melahirkan anak keempatnya, si Cantik, Dewi Ayu meninggal.
Namun, ia bangkit dari kematiannya dua puluh satu tahun setelah ia dikuburkan.
Kebangkitannya menguak kutukan dan tragedi keluarga, yang terentang sejak akhir masa kolonial.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Gadis Kretek
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.