Sesaat usai Brigadir J Tewas, Ketua RT Ungkap Banyak Orang Datangi TKP, Sebut Tak Terjadi Apa-apa
Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Seno Sukarto, menyebut pasca-penembakan yang tewaskan Brigadir J banyak orang datangi rumah dinas Ferdy.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Seno Sukarto (84), menanggapi soal insiden maut yang merenggut nyawa Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Seno sempat bertanya pada satpam yang bertugas.
Satpam tersebut diketahui bertanya kepada orang-orang yang diduga anggota polisi, yang berdatangan ke rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.
Namun, kata Seno, orang-orang yang ada di rumah dinas Ferdy Sambo mengatakan tidak terjadi apa-apa
"Satpam mulai bertanya-tanya kok yang datang itu makin lama makin banyak ke rumah itu. Ditanya lah sama satpam, 'ada apa? Nggak ada apa-apa'," ucap Seno di kediamannya, Rabu (13/7/2022), dilansir oleh TribunJakarta.com.
Baca juga: Istri Irjen Ferdy Sambo Menangis Terus Menerus, Trauma usai Insiden Brigadir J Tewas
Lebih lanjut, Seno mengungkap di waktu kejadian baku tembak, memang terdengar suara letusan, mirip petasan.
Diketahui rumah dinas Ferdy Sambo dan kediaman Seno berjarak sekitar 300 meter.
"Kalau saya ditanya suara letusan itu, itu suaranya seperti petasan. Sedangkan pada saat itu kan menjelang Idul Adha dan di sini biasanya menjelang Idul Adha, tahun baru, itu biasanya membunyikan kembang api," kata Seno.
Tak hanya dirinya, Seno mengatakan warga juga mengira suara letusan yang terdengar pada Jumat (8/7/2022) sore itu berasal dari petasan.
Istri Irjen Ferdy Sambo Trauma
Istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo disebut mengalami syok atas insiden maut yang baru saja terjadi di rumah dinas suaminya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ia diduga menjadi korban pelecehan oleh ajudan suaminya, yakni Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Istri Ferdy Sambo disebut mengalami syok berat, selain diduga mengalami pelecehan, dirinya juga melihat insiden maut Brigadir J yang tewas ditembak Bharada E.
Dilansir oleh TribunJakarta.com, psikolog Novita Tandry, mengungkapkan istri Ferdy Sambo mengalami gangguan traumatis dan terus menangis.
Diketahui Novita Tandry ditunjuk langsung oleh Polres Metro Jakarta Selatan untuk memberikan trauma healing kepada istri Ferdy Sambo.
"Beliau sangat syok ya, goncangan pastinya. Memang dalam proses pendampingan," kata Novita dalam keterangannya, Rabu (13/7/2022).
"Yang pasti, beliau sekarang mengalami gangguan traumatis karena langsung berada saat kejadian itu terjadi. Sangat syok dan terus-menerus menangis, keadaannya secara mental psikologis memang sangat butuh pendampingan dari ahlinya atau psikolog," ungkap Novita.
Selain memberikan pendampingan kepada istri Ferdy Sambo, Novita mengaku juga mengawasi anak dari jenderal bintang dua itu.
Ia mengungkapkan, Irjen Ferdy Sambo dan istri memiliki tiga orang anak.
Mereka berusia 17 tahun, 15 tahun, dan ada yang masih berusia 1,5 tahun.
Insiden Maut Polisi Tembak Polisi
Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat tewas setelah terlibat baku tembak dengan sesama polisi yakni Bharada E di Rumah Dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022), pukul 17.00 WIB.
Diketahui, Brigadir Yosua merupakan pengawal dan sopir istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Budhi Herdi, mengatakan sebelum tewas ditembak, Brigadir Yosua disebut menerobos masuk ke kamar istri Irjen Sambo, Putri.
Saat itu istri Irjen Sambo sedang beristirahat di kamar tersebut dan diduga terjadi pelecehan.
"Brigadir J melakukan pelecehan, berkata 'diam kamu', sambil menodongkan senjata ke Ibu Kadiv Propam," kata Budhi.
Istri Irjen Ferdy Sambo pun berteriak, lantas teriakan tersebut didengar oleh Bharada E yang berada di lantai 2.
Hingga akhirnya insiden maut terjadi dan menewaskan Brigadir J.
Baca juga: Ibu Brigadir J Histeris Saat Kunjungi Makam Anaknya, Nyaris Tak Berhenti Menangis Sepanjang Hari
Kondisi Jasad
Menurut kesaksian dari pihak keluarga korban, terdapat kejanggalan pada jasad Brigadir Yosua.
Rohani Simanjuntak, keluarga korban, mengatakan Brigadir Yosua tewas dengan 4 luka tembak, yakni dua luka tembak di dada, 1 luka tembak di tangan, dan 1 luka tembak di leher.
Tidak hanya itu, korban juga mengalami luka akibat senjata tajam di mata, hidung, mulut, dan kaki.
Bahkan disebut-sebut di jasad korban terdapat luka sayatan, dikutip dari Kompas.com.
Namun menanggapi hal itu, pihak Polri menyebutkan, sayatan di tubuh jenazah Brigadir Yosua alias Brigadir J akibat proyektil yang ditembakkan oleh Bharada E.
“Iya, itu sayatan itu akibat amunisi atau proyektil yang ditembakan Bharada E,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/7/2022).
Menurut Ramadhan, proyektil yang ditembakan itu mengenai tubuh Brigadir J sehingga membuat luka seperti sayatan.
7 Tembakan
Saat tembak-menembak itu, Brigadir J melepaskan tujuh kali tembakan kepada Bharada E.
Adapun, Bharada E membalas dengan dengan 5 kali tembakan.
Kendati demikian, ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal luka tembakan dalam kejadian itu.
“Walaupun lima tembakan, ada satu tembakan yang mengenai tangan kemudian tembus ke badan, jadi kalau dibilang ada tujuh lubang tapi lima tembakan itu ada satu tembakan yang mengenai dua bagian tubuh termasuk sayatan itu,” ujar dia.
Kejanggalan
Baca juga: Mengenal Pangkat Militer Polri, Pangkat Terendah Bharada, Brigadir hingga Jenderal Polisi
Kasus polisi tembak polisi tersebut menyita perhatian banyak pihak, tak terkecuali Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Wuryanto.
Bahkan pihaknya mengatakan dalam kasus tersebut terdapat kejanggalan.
Baca juga: Dugaan Peretasan 3 Ponsel Keluarga Brigadir J, Berikut Analisis Pakar IT
"Bahwa ada kejanggalan ya tentu ini ada kejanggalan. Saya sepakat dengan dikau," kata Bambang di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (12/7/2022), diberitakan Tribunnews sebelumnya.
Ia mengaku heran dua anggota Polri bisa terlibat aksi baku tembak. Pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu berpendapat bahwa kasus ini menjadi sebuah kejanggalan yang perlu diusut secara terang benderang.
"Kalau kau sama aku berkelahi biasa itu tersinggung, orang sipil. Tapi, kalau antar aparat begini kan ngeri bos. Pasti itu kejanggalan yang utama bagi saya, sesama anak negara kok," jelasnya.
Kejelasan pengungkapan kasus pun terus didorong, sehingga kasus tersebut dapat tuntas dan menemui titik terang.
Sehingga dapat meredam isu-isu, spekulasi yang beredar di tengah masyarakat.
(Tribunnews.com/Garudea Parabawati/Igman Ibrahim) (Kompas.com/Rahel Narda Chaterine) (TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.