Cerita Ahmad Basuki, Guru Penggerak di Banjarmasin Setelah 23 Tahun Mengabdi: Lakukan Perubahan
Kisah Ahmad Basuki, tenaga pengajar di SMPN 1 Banjarmasin, merupakan satu dari tiga guru lainnya yang ikut Program Guru Penggerak.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Ahmad Basuki, tenaga pengajar di Sekolah Menengah Pertama atau SMPN 1 Banjarmasin merupakan satu dari tiga guru lainnya yang ikut Program Guru Penggerak.
Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Program ini digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan masuk ke dalam program besar, Merdeka Belajar.
Pria yang sudah 23 tahun mengabdi di dunia pendidikan ini berkisah perihal awal mula dirinya tahu hingga memutuskan ikut Program Guru Penggerak Kemendikbudristek.
“Di saat pandemi Covid-19 mempunyai kebiasaan buka website, ternyata ada guru penggerak,” kata Ahmad Basuki di SMPN 1 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (20/7/2022).
“Sebenarnya diwaktu awal saya tidak tahu guru penggerak itu kedepannya mau gimana. Ternyata setelah tahu dan mengikutinya, guru penggerak ke depannya bisa jadi pengawas dan kepala sekolah. Tapi bukan itu motivasi saya,” ujarnya menambahkan.
Kesukaannya terhadap berbagi dan eksplorasi hal baru jadi alasan Basuki ikut Program Guru Bergerak. Ia juga senang jika metode pembelajaran mengikuti perkembangan zaman.
Baca juga: Implementasi Program Guru Penggerak di SMP 1 Banjarmasin Direspon Positif
“Dan akhirnya berdampak pada kualitas murid semakin bagus serta bisa bersaing di tingkat nasional,” katanya.
Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 ini lantas memutuskan mulai ikut Program Guru Penggerak pada Maret hingga Desember 2021. Dia termasuk dslam angkatan kedua.
Awalnya, Basuki memulai sebagai oengajar praktik, hingga akhirnya dia saat ini sedang mengikuti ujian untuk guru penggerak tahap ketiga.
Pria yang sehari-harinya juga membimbing English Club bersama OSIS ini awalnya merasa senang bisa ikut pelatihan guru penggerak yang memakan waktu 9 bulan itu. Namun ada sejunlah permasalahan yang menghambat langkahnya itu.
“Saya kurang terbiasa melakukan kolabarasi sesama guru. Tapi dengan guru penggerak ada loka 1 sampai dengan 9 di sini kita diajarkan bagaiman berkolabarasi,” ujarnya.
Basuki pun akhirnya kembali mendapat tawaran mengikuti pelatihan selama 7 bulan dari Dinas Pendidikan. Ia menganggap itu adalah kesempatan emas untuk mengasah kemampuannya sebagai tenaga pengajar.
“Setiap guru penggerak kita harus melakukan perubahan, karena itu saya selalu ingin mengasah kemampuan dalam mengajar,” ujarnya.
Ia pun berharap para guru penggerak terus berkembang sesuai perubahan zaman serta harus memberi kebaikan, baik untuk lingkungan maupun para murid.
“Kita sebagai guru harus mengikuti perkembangan jaman, harus ada sedikit sentuhan yang baru, sehingga memberikan efek bagi siswa. Untuk Pendidikan dikota Banjarmasin lebih berkembang lagi,” kata Basuki.
Ni Nyoman Gayatri Puspa Wardhani (Gea) dan Albi Tami Fardiansyah (Albi) punya pandangan serupa mengenai implementasi Guru Penggerak di sekolahnya.
Siswa kelas VIII di SMPN 1 Banjarmasin ini menilai dengan adanya guru penggerak, belajar semakin mudah dan menyenangkan.
“Pembelajaran semakin mudah dan tidak monoton begitu saja,” kata Albi. Dia berharap Program Guru Penggerak ini dapat terus memberikan mekanisme pembelajaran yang fleksibel dan tidak ada paksaan kepada murid.
Di sisi lain, Gea berharap ada semakin banyak guru penggerak di SMPN 1 Banjarmasin dan seluruh sekolah di Indonesia.
“Semoga guru lebih dekat dengan muridnya, lebih bisa memahami siswa dan siswa bisa mengerti dengan guru,” kata Gea.