RSUD SMC Tasikmalaya Diagnosa Kematian Bocah Korban Perundungan: Depresi, Tifus dan Peradangan Otak
RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya mendiagnosa kematian Bocah Korban Perundungan disebabkan karena adanya komplikasi tifus, depresi dan peradangan otak
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Pihak RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya membeberkan penyebab meninggalkan bocah SD yang mendapatkan perundungan dari teman-temannya.
Sebagaimana diketahui, bocah malang tersebut sebelumnya dipaksa untuk melakukan perbuatan asusila dengan kucing.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya, Adi Widodo, mengungkapkan bahwa hasil pemeriksaan medis menunjukkan korban mengalami suspect depresi, thypoid, dan ensefalopati atau peradangan otak.
"Untuk diagnosa kematian disebabkan karena adanya suspect typhoid dan ensefalopati atau peradangan otak, karena komplikasi tifus juga ada suspect episode depresi atau gangguan ensefalopati kejiwaan dan komplikasi demam," kata Adi dikutip dari Kompas.com, Jumat (22/7/2022).
Menurut Adi, suspect typhoid, ensefalopati, dan suspect episode depresi diakibatkan adanya tekanan psikologis dari diri korbannya.
Apalagi sesuai keterangan keluarga, pasien sempat menjadi korban bullying teman-temannya.
Baca juga: Bocah 2 Tahun Tewas di Hutan, Ternyata Dibunuh Ibu Kandung hanya Gegara Gula, Pelaku Rekayasa Cerita
Pihak rumah sakit, kata Adi, telah melakukan upaya agar bocah tersebut dapat terselamatkan.
"Petugas medis juga berupaya melakukan upaya, tapi nyawanya itu tak tertolong saat itu," lanjut Adi.
Pasalnya, sebelum dinyatakan meninggal dunia, bocah itu sudah tak sadarkan diri saat dibawa ke rumah sakit.
"Keluarga telah membawanya ke RS SMC itu sudah tidak sadarkan diri dan (kata) keluarga sehari sebelumnya (saat) berada di rumahnya (bocah tersebut) mengalami kesamaan (yaitu) sudah tidak sadarkan diri," sambung Adi.
Saat dibawa ke rumah sakit, sambung Adi, korban mengalami penurunan kesadaran.
Sepeninggal anak itu, pihak rumah sakit telah berkoordinasi dengan beberapa pihak untuk menindaklanjuti kasus itu.
"Kami sudah berkoordinasi dengan KPAID, Kepolisian, dan dinas terkait akan hal ini," kata Adi.
Baca juga: Kapolres Hengki Ceritakan Momen Makan Bersama dengan Bocah Korban Pemasungan Viral di Bekasi
Sempat Mengeluh Sakit Tenggorokan
Dikutip dari Kompas.com, orang tua korban, T (39), mengabarkan bahwa korban sempat mengalami sakit tenggorokan.
T kemudian membawa anaknya ke rumah sakit untuk perawatan.
Nahas, nyawa bocah itu tak tertolong, ia meninggal dunia saat melakukan perawatan.
Sang anak, kata T, juga tidak mau makan dan minum.
Bahkan, ketika di rumah, anaknya terlihat sering melamun dan menyendiri.
Korban Perundungan
T pun mencari tahu kenapa sang anak tidak mau makan dan minum.
Ternyata, ia menjadi korban perundungan teman-temannya.
Bocah itu dipaksa melakukan perbuatan asusila dengan hewan kucing dan direkam.
Hingga rekaman video itu akhirnya tersebar dan membuatkan merasa tertekan.
T mengaku baru mengetahui video rekaman anaknya itu dari tetangganya, sepekan sebelum meninggal.
"Saya awalnya tahu rekaman itu dari tetangga dan tidak langsung di anak saya. Sejak saat itu anak saya jadi depresi," jelas T.
T mengungkapkan bahwa sang anak enggan memberikan informasi siapa yang menyuruhnya melakukan hal semacam itu.
Padahal, beberapa kali T telah menanyakannya kepada sang anak.
Namun anaknya bungkam dan tidak mau menjawabnya.
T kemudian menanyakan pelaku kepada para tetangganya.
Baca juga: Viral di Media Sosial Kaki Bocah Laki-laki di Jatiasih Bekasi Dipasung, Orang Tua Diperiksa Polisi
Ternyata para pelakunya adalah teman-teman bermain yang masih satu desa.
Bahkan, diketahui salah satu pelaku berusia lebih tua dari pada anaknya.
"Iya, bahkan keluarga para pelaku sempat datang dan meminta maaf ke saya," kata T.
Sanksi Untuk Pelaku
Atas kejadian itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil buka suara.
Emil, sapaannya, meminta agar para pelaku bullying itu diberi sanksi sesuai dengan asas kemanusiaan dan peraturan, walaupun masih berusia anak-anak.
"Ini mudah-mudahan tidak terulang lagi dan tetap harus ada sanksi konsekuensi kepada yang melakukan, walaupun masih di bawah umur, tentu dengan azas-azas kepatutan kemanusiaan, tapi tetap harus ada pelajaran bagi mereka yang melakukannya," kata Ridwan Kamil dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (21/7/2022).
Menurut Emil, orang tua pelaku harus mampu mendidik anaknya menanamkan nilai-nilai karakter.
Di rumah, orang tua adalah guru, sedangkan di sekolah, guru adalah orang tua.
Emil telah memerintahkan tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Provinsi Jabar untuk menindaklanjuti dan melakukan pendampingan kasus bullying tersebut.
Sebagian artikel telah tayang di https://regional.kompas.com/read/2022/07/22/131812278/rsud-smc-ungkap-penyebab-meninggalnya-bocah-sd-di-tasikmalaya-depresi
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Erik S)(Kompas.com/Irwan Nugraha)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.