Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bocah SD Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing, Orang Tua Diminta Beri Pengasuhan Tepat untuk Anak

Nahar meminta para orang tua memberikan pengasuhan yang tepat kepada anak-anaknya

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Bocah SD Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing, Orang Tua Diminta Beri Pengasuhan Tepat untuk Anak
Freepik
Ilustrasi bullying. Deputi Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar mengungkapkan keprihatinannya atas kasus bullying yang menimpa bocah di Tasikmalaya yang diduga dipaksa untuk setubuhi kucing. Nahar meminta para orang tua memberikan pengasuhan yang tepat kepada anak-anaknya. 

Seminggu sebelum korban meninggal dunia, orang tua korban menceritakan bahwa korban sudah sakit, dimana korban mengeluhkan sakit tenggorokan yang dirasakannya sehingga enggan untuk makan dan minum.

Korban pun terlihat sering murung dan melamun.

Pada 16 Juli 2022, korban dibawa ke rumah sakit dan sehari setelahnya korban meninggal dunia.

Hasil pemeriksaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya, korban diindikasi memiliki masalah kesehatan.

Tak ada persetubuhan dengan kucing

Terpisah Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, mengatakan tidak ada kasus bocah SD dipaksa bersetubuh dengan kucing di Tasikmalaya.

Uu Rushanul Ulum mengatakan yang terjadi adalah adegan mirip persetubuhan.

Berita Rekomendasi

"Yang ada hanyalah adegan mirip persetubuhan. Jadi masyarakat jangan salah sangka. Tidak ada tindakan persetubuhan," ujar Uu, Jumat (22/7) siang.

Baca juga: Apa yang Seharusnya Dilakukan oleh Guru Ketika Ada Bullying di Sekolah?

Walau demikian, UU mengecam keras aksi perundungan terhadap bocah berumur 11 tahun tersebut.

"Saya mengecam tindakan seperti itu, dan tidak boleh terulang lagi dikemudian hari," kata Uu.

Wagub menyatakan turut berbelasungkawa atas meninggalnya anak SD kelas V yang jadi korban perundungan tersebut.

"Innalillaahi wainna ilaihi roojiuun, saya juga ikut berbelasungkawa atas meninggalnya anak yang jadi korban dalam kejadian tersebut," kata Pak Uu.

Uu juga mengharapkan kasus tersebut diproses hukum agar memiliki efek jera dan menjadi pembelajaran untuk yang lainnya.

Diketahui, anak berusia 11 tahun tersebut meninggal di rumah sakit di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, setelah diduga mengalami depresi, seminggu lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas