Dana ACT Diduga Kuat Mengalir ke Jaringan Terorisme di Turki dan India
Boy Rafli Amar menduga aliran dana lembaga filantropi ACT ke sejumlah negara jaringan terorisme di luar negeri adalah ke Turki dan India.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Dewi Agustina
Kendati demikian, BNPT belum bisa memastikan ke negara mana dugaan aliran dana ACT itu.
Sebab hingga saat ini, BNPT masih berupaya melakukan komunikasi dengan otoritas terkait.
"Jaringan sudah ada. Sekarang komunikasi sedang berjalan. Prinsip tentu secepat-cepatnya," ucap Boy Rafli.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menyebutkan bahwa perlu adanya kerja sama internasional untuk mengusut dugaan aliran dana lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) ke sejumlah negara jaringan terorisme.
"Perlu ada beberapa kerja sama internasional yang harus dilakukan, terutama beberapa negara-negara yang diduga menerima aliran dana itu," kata Kepala BNPT Boy Rafli Amar selepas acara Presiden Lecturer, di Jakarta, Selasa (19/7/2022).
"Seperti mungkin yang arahnya ke India, ke Turki, ini perlu kerja sama internasional untuk melakukan verifikasi," ujarnya menambahkan.
Verifikasi tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk mengungkap dugaan aliran dana tersebut.
Baca juga: Bareskrim Polri Ungkap 18 Saksi Sudah Diperiksa Terkait Kasus Penyelewengan Donasi Umat ACT
Untuk mewujudkannya, sambung Boy, perlu kerja sama dengan otoritas terkait yang dilakukan dalam konteks kerja sama internasional tersebut.
"Ini lah yang sedang kita jalankan. Jadi tentu kita akan sampaikan bersama sama hasilnya seperti apa, kepolisian, PPATK dan juga pihak dari BNPT," kata Boy Rafli.
Diketahui, Staf Ahli Bidang Pencegahan BNPT, Suaib Tahir menanggapi temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terkait dugaan aliran dana dari Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) kepada kelompok teroris Al Qaeda.
Suaib mengaku BNPT telah menerima laporan dari PPATK, tapi masih melakukan pendalaman terkait dugaan aliran dana ACT kepada kelompok teroris ini.
Pasalnya, menurut Suaib, semua informasi yang terkait dengan intelejen, sebelumnya harus dilakukan tahap pendalaman.
"Sudah diterima tetapi masih dalam status pendalaman. Jadi apapun informasi-informasi yang terkait dengan intelejen, itu kita harus melakukan pendalaman."
"Jadi untuk saat ini masih dalam tahap pendalaman sejauh mana gerakan-gerakan itu terlibat dengan terorisme," kata Suaib dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Kamis (7/7/2022).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.