Perlu Sikap Bijak Agar Arus Digitalisasi Tidak Menggerus Norma dan Budaya
Sebagai generasi yang melek digital harus bisa memanfaatkan teknologi digital ini untuk hal-hal produktif dan bermanfaat untuk dirinya
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Generasi muda sebagai ‘pahlawan digital’ mengemban tugas yang tidak ringan.
Sebagai generasi yang melek digital harus bisa memanfaatkan teknologi digital ini untuk hal-hal produktif dan bermanfaat untuk dirinya maupun masyarakat.
Di sisi lain, diperlukan sikap bijak agar arus digitalisasi tidak menggerus norma dan budaya, serta tidak memicu maraknya kabar bohong dan ujaran kebencian.
Hal ini mengemuka saat webinar bertema “Menjadi Netizen Cerdas dan Berakhlak Mulia di Era Digitaldi Makassar, Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi belum lama ini.
Hadir sebagai narasumber adalah Kabid Humas & Kerjasama RTIK Jambi dan Dosen Pelita Raya Institute Arif Setiadi; Wakil Ketua RTIK Aceh Adi Khairi Rahimi; serta Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulsel Syamsu Rizal.
Arif Setiadi mengatakan, generasi muda pada era digital punya banyak kesempatan untuk melakukan inovasi baik pada bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan.
"Di era digital ini pemuda berperan sebagai agen perubahan, kontrol sosial, penguat moral, penjaga nilai, dan juga sebagai penerus bangsa," kata Arif.
Disebutkan, generasi muda sebagai agen perubahan karena pemudalah yang bisa memberikan fenomena dan pendampingan agar masyarakat sekitar bisa kembali berbudaya, tidak kebablasan.
Terkait digitalisasi, Arif menyebut generasi muda sebagai pahlawan digital.
Para pemuda memiliki beberapa tugas untuk selalu belajar dan membiasakan diri dengan teknologi digital untuk berkarya, berinovasi, bekerja, dan juga berbisnis. Namun, penggunaan dan pemanfaatan teknologi juga harus dilakukan dengan bijak agar tidak menggerus norma dan budaya.
Baca juga: Cegah Plagiarisme di Ruang Digital, Berikut Tips dari Ahli
“Budaya hari ini benar-benar tergerus, apalagi terkait pandemi bahwa budaya ngobrol dan berinteraksi sudah tergerus karena anak muda milenial saat ini cenderung berkomunikasi lewat digital.
Sopan santun juga menurun. Banyak teknologi saat ini yang bisa menghasilkan uang, tapi perhatikan juga dampak negatifnya agar tidak tumbuh berakar dalam diri kita,” tuturnya.
Adi Khairi Rahimi menambahkan, individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital.
Salah satu jenis perangkat lunak adalah program aplikasi. Dia pun mengingatkan untuk berhati-hati dalam menginstal aplikasi di perangkat.
“Ini sering salah kaprah. Menginstal aplikasi gratis lalu memberikan semua akses dan izin. Padahal, mungkin saja ada aplikasi yang tanpa sadar diciptakan untuk memata-matai kita. Jadi, jangan sembarang memberikan izin ketika menginstal aplikasi,” katanya.
Menurut dia, ada banyak jumlah perangkat keras dan lunak yang memiliki spesifikasi masing-masing.
Namun, kegunaannya masih terus dikembangkan. Adi pun mengimbau masyarakat untuk tidak lelah belajar dan memahami perkembangan teknologi agar tidak gagap teknologi alias gaptek.
“Tidak ada yang gaptek kalau kita mau belajar. Semua sumber informasi ada, mari membaca. Kadang kita terjebak, berada di zona nyaman, sering beranggapan bahwa semuanya sudah dipermudah dengan aplikasi, tinggal klik tapi tidak tahu fungsi dan kegunaannya. Kalau memang masih gaptek, ayo belajar, gabung dengan komunitas dan tanyakan ke ahlinya,” kata dia.
Syamsu Rizal menyampaikan, selain tol darat dan tol laut, saat ini juga ada tol langit yaitu jaringan infrastruktur digital yang memang tidak kelihatan tapi mampu memberikan berbagai percepatan.
Dia menerangkan, pengembangan ekosistem digital dilakukan melalui pemutakhiran penguasaan teknologi digital, pemutakhiran pemahaman dan penguasaan sikap digital, serta perubahan tingkah laku adaptif digital.
Terkait perilaku di era digital, Syamsu menegaskan bahwa yang terpenting bukan sekadar memahami dan pandai mengoperasikan aspek digital (teknis dan non teknis) melainkan paham cara memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan dan mencapai tujuan.
Baca juga: Waspadai Rekam Jejak Digital, Jadi Netizen Hindari Perilaku Julid di Internet
Dia menambahkan, pada zaman ‘now’ banyak kabar bohong alias hoaks yang setiap hari diterima dan memancing kita untuk merespons dengan kontra produktif bahkan yang mengarah kepada ujaran kebencian. Tentunya, hal ini tidak baik dan tidak produktif sehingga harus dihindari.