Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BOR di Wisma Atlet Masih di Bawah 5 Persen, Pasien yang Dirawat Bergejala Ringan

Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran masih di bawah 5 persen.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in BOR di Wisma Atlet Masih di Bawah 5 Persen, Pasien yang Dirawat Bergejala Ringan
(Shutterstock/Petovarga)
Ilustrasi virus corona, gejala virus corona, gejala Covid-19, pasien virus corona. Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran masih di bawah 5 persen. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran masih di bawah 5 persen.

Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Kes Mintoro Sumego mengungkapkan pasien yang dirawat berjumlah 184 orang.

"Alhamdulillah per update hari ini, pasien kita di Wisma Atlet Kemayoran adalah 184 atau BOR-nya itu di bawah 5 persen," ujar Mintoro dalam konferensi pers virtual yang disiarkan channel Youtube BNPB, Senin (1/8/2022).

Mintoro mengungkapkan pasien yang masuk per hari ini, Senin (1/8/2022) berjumlah 15 orang.

Sementara pasien yang keluar dari Wisma Atlet Kemayoran, kata Mintoro, sebanyak 23 orang.

"Jadi pasien masih banyak yang keluar. jadi ada pengurangan pasien sebanyak tujuh orang," tutur Mintoro.

Sementara terkait gejala Covid-19, Mintoro mengungkapkan pasien yang dirawat di Wisma Atlet Kemayoran bergejala ringan.

Berita Rekomendasi

"Jadi dari 184 ini juga gejalanya ringan, jadi variasinya seperti itu," pungkas Mintoro.

Pakar Epidemiologi Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada Karena Virus Covid-19 Terus Bermutasi

Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengingatkan mutasi virus SARS-CoV-2 atau Covid-19 terus bermunculan.

Bahkan setelah BA.4 dan BA.5, sudah muncul sub varian BA.6.

"Satu hal yang ingin saya sampaikan. Ini bukanlah varian terakhir, bukan sub varian terakhir atau gelombang terakhir," kata Dicky Budiman kepada Tribunnews, Minggu (31/7/2022).

Karenanya, menurut Dicky Budiman ada beberapa hal yang tidak boleh ditinggalkan.

Dari sisi masyarakat, harus tetap menjaga kedisiplinan dan konsisten dalam melakukan protokol kesehatan.

Lalu dari aspek pemerintah, perlu untuk melakukan deteksi dini dengan testing, treacing, dan treatment.

Ditambah dengan proteksi dari vaksin Covid-19.

Seluruh upaya ini yang akan mengurangi dampak dari setiap gelombang Covid-19.

Vaksin memang efektif melindungi pasien yang terinfeksi dari keparahan dan kematian apa pun jenis variannya.

Namun, vaksin Covid-19 masih memiliki kelemahan.

"Durasi proteksinya terhitung singkat. Tidak lebih satu tahun, bahkan 6 bulan pun terlihat terjadi penurunannya," kata Dicky.

Baca juga: Mutasi Virus Covid-19 Terus Terjadi, Epidemiolog Sebut Potensi Vaksin Dosis Kelima

Karenanya, dengan adanya keterbatasan vaksin Covid-19, perlu dikombinasi dengan deteksi dini dan protokol kesehatan.

Menurut Dicky, Covid-19 ini akan terus bermutasi dan masih mungkin akan muncul kehadiran mutasi yang bisa memperburuk situasi.

"Karena itu potensi dibutuhkannya dosis kelima jelas ada. Sambil menunggu adanya vaksin generasi berikut, dengan harapan lebih bisa melindungi terinfeksi. Harapannya vaksin merah putih ini dapat mengisi kelemahan yang ada saat ini," kata Dicky.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas