Bawaslu: Buat Apa Pemilu Kalau Buntutnya Panas-Panasan Hati
Totok mengatakan untuk apa ada pemilu jika yang timbul justru SARA merajalela, suku dan agama dijadikan alat untuk distorsi
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Bawaslu RI bidang hukum dan penyelesaian sengketa, Totok Haryono mengatakan pemilihan umum merupakan alat untuk mencerdaskan bangsa dan membuat rakyat makmur dengan memilih pemimpin yang amanat.
Sehingga sebagai alat, sudah semestinya hal tersebut tak mengalahkan kepentingannya.
“Karena itu alat, maka tidak boleh alat mengalahkan kepentingannya,” kata Totok dalam diskusi publik yang digelar daring bertajuk ‘Partai Sehat untuk Pemilu 2024’, Kamis (4/8/2022).
Menurutnya untuk apa ada pemilu jika ujungnya adalah terjadinya konflik, kericuhan, perbedaan pendapat yang menghasilkan konfrontasi atau disharmoni antar masyarakat.
Baca juga: KIPP Beri Sejumlah Catatan Atas Kisruhnya Seleksi Anggota Bawaslu di 25 Provinsi
“Buat apa ada pemilu kalau buntutnya adalah panas - panasan hati, bakar - bakaran, tawuran, perbedaan pendapat sehingga hasilnya konfrontasi disharmoni antar masyarakat,” ungkap dia.
Totok mengatakan untuk apa ada pemilu jika yang timbul justru SARA merajalela, suku dan agama dijadikan alat untuk distorsi.
“Buat apa ada pemilu kalau SARA merajalela, agama, suku jadi alat untuk distorsi. Kalau begitu nggak ada pemilu aja,” ujar dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.