Mengintip Aktivitas “Gajah Terbang” di Hutan Riau
Gajah Sumatera merupakan satwa khas yang hanya hidup di Pulau Sumatera dan dikenal sebagai mamalia terbesar di Indonesia.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Gajah Sumatera merupakan satwa khas yang hanya hidup di Pulau Sumatera dan dikenal sebagai mamalia terbesar di Indonesia.
Sayangnya, adanya pembalakan liar, pertanian dan perambahan membuat satwa ikonik dari Tanah Sumatera ini kerap terlibat konflik dengan manusia, yang pada ujungnya dapat berisiko terhadap keselamatan satwa yang dilindungi ini dan juga manusia itu sendiri.
Di tengah pedalaman hutan Riau, tak banyak yang tahu ada sekumpulan Gajah Sumatera yang dilestarikan, jinak, terlatih dan sering ikut “berpatroli” bersama manusia untuk membantu mitigasi konflik dengan kawanan gajah liar yang tidak sengaja memasuki area masyarakat.
Gajah-gajah ini merupakan adopsi dan anakan yang dirawat dan dilestarikan oleh APRIL Group, lewat unit usahanya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Lewat kelompok Skuad Gajah Terbang atau Elephant Flying Squad (EFS), para gajah dilatih untuk ikut membantu para pawing (mahout) agar gajah-gajah liar menjauh dari pemukiman manusia dan terhindar dari konflik sehingga populasinya dapat terus lestari.
“Untuk meredam adanya konflik antara gajah dan manusia, kelompok EFS terus mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana penanganan dalam menghalau gajah liar, salah satunya dengan berpatroli bersama dengan para gajah terlatih ini,” ucap Sarmin, salah satu pawang (mahout) dalam kelompok EFS.
Menurut Sarmin, berpatroli dengan gajah yang tergabung dalam EFS sangat efektif untuk menghalau para gajah liar keluar dari pemukiman masyarakat, sehingga konflik yang tidak diinginkan dapat diredam.
Adapun, lokasi camp dan patroli skuad Gajah Terbang ini berada di Ukui, Provinsi Riau.
Saat ini, terdapat enam gajah yang dilestarikan dan bersama-sama membantu manusia mencegah konflik.
Mereka adalah Adei, Ika, Mira, Meri, Carmen dan Raja Arman.
Dua yang disebutkan paling terakhir adalah anakan gajah-gajah yang lebih dulu diadopsi ini, masing-masing lahir pada tahun 2009 dan 2011 di kamp yang dibangun perusahaan.
Dalam melatih para gajah, Sarmin bercerita bahwa ada tantangan yang menarik karena setiap gajah memiliki perangai yang berbeda-beda.
Dia mencontohkan Adei, si jantan tertua dengan perawakan paling berat sekitar 2,8 ton yang memiliki termperamen tinggi dan kaku.
Melatih Adei pun perlu kesabaran ekstra dibandingkan yang lainnya.