Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politikus PDIP Sindir Perilaku Eite Relawan yang Ngambek demi Jabatan Politik: Parasit Kekuasaan

Deddy Yevri Sitorus menilai saat ini ada elite kelompok kepentingan berkedok relawan yang resah dengan bergulirnya tahapan Pemilu 2024.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Politikus PDIP Sindir Perilaku Eite Relawan yang Ngambek demi Jabatan Politik: Parasit Kekuasaan
Ist
Deddy Yevri Sitorus. Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus menilai saat ini ada segelintir elite kelompok kepentingan berkedok relawan yang sedang resah dengan bergulirnya tahapan-tahapan Pemilu 2024.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus menilai saat ini ada segelintir elite kelompok kepentingan berkedok relawan yang sedang resah dengan bergulirnya tahapan-tahapan Pemilu 2024

Sekelompok kecil elite kelompok kepentingan berkedok relawan ini sejatinya adalah parasit-parasit kekuasaan yang ingin tetap eksis dan mendapatkan posisi politik serta akses terhadap APBN maupun BUMN.

Di Indonesia, fenomena positif hadirnya kelompok-kelompok relawan dapat dilihat saat Joko Widodo memenangkan kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 silam. 

Fenomena yang relatif sama terjadi di Amerika, Inggris dan Pilgub DKI Jakarta saat itu sangat elegan dan berkualitas. 

Para relawan dan organisasi relawan muncul dimana-mana dan bergerak ke arah yang sama tanpa komando dan mengalir dengan baik dari rumah-rumah, kantor, kampung hingga tingkat nasional. 

“Gejalanya sama, volunterisme bangkit, massif tetapi bersifat ad hoc. Begitu pemilu selesai, semua relawan kembali pada kehidupan normal dan hanya sedikit yang kemudian meneruskan naluri politiknya di jalur politik formal atau partisan,” ujar Deddy Yevri Sitorus dalam keterangannya, Sabtu (13/8/2022).

“Tetapi di Indonesia, sejak pemilu 2014 hingga hari ini banyak relawan atau kelompok relawan yang akhirnya justru berubah menjadi aktor politik dan ormas permanen,” sambungnya.

BERITA REKOMENDASI

Aktor-aktor politik baru yang lahir sejak 2014 ini, sebagian besar sebelumnya aktif di partai politik dan ormas atau LSM. 

Ternyata, kata Deddy Yevri Sitorus, mulai merasakan nikmatnya kekuasaan dan akses ekonomi yang didapatkan dengan terus menumpang di ketiak kekuasaan. 

“Ada pimpinan relawan yang kemudian menempatkan saudara, teman dan anggotanya di kementerian-kementerian dan BUMN untuk mengakses jabatan, APBN maupun menikmati madu proyek-proyek BUMN. Banyak dari mereka yang kemudian berperilaku buruk melebihi elite politik, bermodal kedekatan atau sekedar foto dan selfie dengan para pejabat dan penguasa,” urai Deddy.

“Mereka aktif meminta ketemu dengan para pejabat negara dan BUMN agar bisa mendapatkan berbagai akses yang bahkan tidak dimiliki oleh politisi maupun aktivis partai politik,” katanya.

Baca juga: BUMN Diklaim Berkontribusi Rp 1.200 Triliun ke Negara dalam 3 Tahun Terakhir

Bahkan, lanjut Deddy Yevri Sitorus, pernah ada pentolan elite relawan yang ngambek dan 'mengancam' hingga akhirnya mendapatkan posisi wakil menteri. 


Padahal saudara kandung dan kroninya sudah mendapatkan berbagai jabatan di kekuasaan maupun BUMN, ungkap Deddy. 

Sebagai anggota Komisi 6 DPR RI yang bermitra dengan Kementerian BUMN serta selalu terlibat sebagai tim inti kampanye Pilpres 2014 dan 2019, Deddy mengaku tahu persis siapa saja dan bagaimana kelakuan para elite relawan tersebut. 

“Saya tahu siapa yang sebenarnya punya massa, yang benar-benar bergerak saat pemilu dan siapa yang saat ini jadi benalu kekuasaan,” ujarnya.

Lebih jauh menurut Deddy Yevri Sitorus, ditengah ketidakpastian calon Presiden atau partai afiliasi, para elite relawan bermental parasitik ini mencoba melakukan berbagai manuver-manuver politik. 

“Tidak lebih dan tidak kurang, tujuannya adalah agar punya saham dalam pemerintahan berikutnya dan terus menikmati kue kekuasaan yang memabukkan itu,” kata Deddy.

Menurutnya, atas nama organisasi, mereka membawa-bawa massa yang sangat mencintai Presiden Jokowi dan bertindak seolah-olah sebagai kepanjangan tangan atau aparatur kehendak politik Presiden. 

“Para anggotanya tidak pernah tahu bahwa para pentolan relawan itu hidup dan berperilaku melebihi elite politik, meskipun seringkali mereka harus keluar ongkos sendiri dalam setiap kegiatan. Sementara elitenya sibuk menagih proposal ke sana kemari dan uangnya entah kemana,” beber Deddy.

Baca juga: Pakar Hukum: Sinergi antara Kejaksaan dan Kementerian BUMN Kunci Penuntasan Kasus PLN

Menurut Deddy Yevri Sitorus, sebagian aktivis relawan itu memang punya jiwa volunterisme yang besar dan sangat mengidolakan Presiden Jokowi. Orang-orang dan kelompok tersebut biasanya bekerja kongkrit untuk membantu mengagregasikan kepentingan masyarakat atau mengawal program pemerintah. 

Tetapi tidak banyak yang mau mengoreksi perilaku koruptif, parasitik dan avonturisme politik kekuasaan yang dimainkan beberapa tokoh relawan tertentu. 

Dan tokoh-tokoh elite politik ini bukan tidak mungkin pada saatnya juga akan berhadapan dengan kasus-kasus hukum atau mengalami pembalasan politik dimasa depan jika mereka gegabah melakukan manuver politik.

“Oleh karena itu, saya berharap agar para elite relawan yang haus kekuasaan itu sadar dan mengoreksi diri. Sadarlah, tidak ada kekuasaan yang abadi. Semua ada akhirnya, kecuali ideologi,” tutup Deddy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas