Profil KH Idham Chalid, Pahlawan dalam Uang Baru Rp 5.000: Ulama dan Politikus Muslim Indonesia
Profil KH Idham Chalid, pahlawan yang muncul dalam pada bagian depan uang rupiah baru Rp 5.000.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut profil KH Idham Chalid, pahlawan yang ada dalam uang rupiah baru Rp 5.000.
Bank Indonesia meluncurkan tujuh pecahan Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022, satu di antaranya uang Rp 5.000 pada Kamis (18/8/2022).
Dikutip dari laman bi.go.id, bagian depan uang Rp 5.000 menampilkan sosok pahlawan yaitu Dr KH Idham Chalid sebagai gambar utama.
Gambar KH Idham Chalid pada bagian depan bersanding dengan lambang negara burung garuda, gambar kepulauan Indonesia, bunga sedap malam, dan beberapa motif khas Indonesia.
Selain menjadi gambar utama, foto KH Idham Chalid juga digunakan sebagai tanda air dalam uang Rp 5.000.
Lalu siapakah KH Idham Chalid yang gambarnya terpampang pada uang Rp 5.000?
Baca juga: Daftar Nama Pahlawan di Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022, Mulai Rp 1.000 hingga Rp 100.000
Simak ulasan lengkapnya berikut ini tentang profil KH Idham Chalid.
Profil KH Idham Chalid
Dikutip dari laman download.garuda.kemdikbud.go.id, Idham Chalid adalah salah seorang ulama dan politikus muslim terbaik yang dimiliki Indonesia.
Idham Chalid lahir dari pasangan H Muhammad Chalid dan Hj Umi Hani di Setui, Kalimantan Selatan, 5 Muharram 1341 H / 27 Agustus 1922.
Ia menuntut ilmu di Al-Madrasatur Rasyidiyah Amuntai, lulus tahun 1938 dan tamat dari Pondok Modern Gontor Ponorogo, tahun 1940.
Saat berusia 18 tahun, Idham Chalid mengajar di Gontor dan menjadi Wakil Direktur Kulliyatul Muallimin al-Islamiyyah (KMI).
Pada zaman penjajahan Jepang, Idham Chalid mengikuti kursus Djakarta Nippongo Gakko di Jakarta sehingga mampu menguasai Bahasa Jepang dengan baik.
Berkat kemampuannya, Idham Chalid sering jadi penerjemah beberapa pertemuan alim ulama dan Jepang.
Pada pertengahan 1944, Idham Chalid kembali ke kampung halamannya di Amuntai.
Di sana ia mengabdi di bidang pendidikan dan pengajaran dan ditunjuk para ulama di Amuntai untuk memimpin Al-Madrasatur Rasyidiyah.
Ia juga mengorganisasi madrasah-madrasah yang berada di luar pesantren, yaitu organisasi Ittihad al-Ma’ahid al-Islamiyah.
Tidak berhenti di situ, Idham Chalid juga terlibat aktif dalam gerakan kemerdekaan melawan penjajah.
Ia tercatat sebagai Sekretaris Panitia Kemerdekaan Indonesia Daerah (Hulu Sungai Utara) di Amuntai dan menjadi Ketua Partai Masyumi Amuntai.
Dari partai itulah, ia terbawa ke pentas politik nasional hingga menjabat beberapa jabatan bergengsi di Indonesia serta di Nahdlatul Ulama.
KH Idham Chalid dikenal sebagai tokoh tiga zaman, yaitu Kemerdekaan, Orde Lama, dan Orde Baru.
Pasalnya, ia telah menempati beberapa jabatan pada tiga zaman tersebut antara lain:
- Dewan Daerah Banjar Tahun 1947
- Anggota Parlemen Repupblik Indonesia Serikat (RIS) periode 1949-1950
- Wakil Perdana Menteri II dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II periode 1956-1957
- Kabinet Djuanda periode 1957-1959
- Menteri Ex Officio dalam Kabinet Karya periode 1959-1962
= Menko Kesra dalam Kabinet Dwikora periode 1963-1965
- Menteri Kesra dalam Kabinet Ampera periode 1967-1970
- Wakil Ketua II MPRS periode 1966-1970
- Menteri Sosial Ad Intren periode 1970-1971
- Menteri Negara Koordinator Kesra dalam Kabinet Pembangunan I periode 1971-1977
- Ketua DPR/MPR RI periode 1971-1977
- Ketua DPA RI periode 1978-1983
- Anggota Dewan Pertimbangan MUI
Selain banyak jabatan yang pernah didudukinya tersebut, Idham Chalid juga dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada 2 Maret 1957.
Pada 8 November 2011, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono menobatkan Idham Chalid menjadi Pahlawan Nasional.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)