Berikut sejarah Hari Santri Nasional yang dikutip dari cimahikota.go.id:

Pada 22 Oktober 1945, KH Hasjim Ay'ari menyerukan resolusi jihad yang dicetuskan oleh pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Tujuan dari seruan tersebut adalah agar tentara Kolonial Belanda yang mengatasnamakan NICA tidak kembali.

Saat itu, KH Hasjim Asy'ari menyerukan jihad dan mengatakan "“Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu ‘ain atau wajib bagi setiap orang.”

Seruan tersebut membuat para santri Surabaya semangat untuk menyerang Markas Bridge 49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.

Pertempuran tersebut terjadi selama 3 hari yaitu pada 27, 28 dan 29 Oktober 1945.

Sementara itu, Jenderal Mallaby tewas dalam pertempuran tersebut.

Diketahui, pasukannya yang berjumlah +/- 2.000 juga tewas dalam pertempuran tersebut.

Akibat peristiwa tersebut, angkatan perang Inggris marah dan akhirnya terjadi peristiwa 10 November 1945.

Kemudian, Hari Santri Nasional ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober.

Penetapan Hari Santri Nasional diteteapkan oleh Presiden Joko Widodo saat berada di Masjid Istiqlal Jakarta pada 25 Oktober 2015.

Hari Santri Nasional ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015.

Tujuan dari penetapan Hari Santri Nasional adalah untuk meneladankan semangat jihad kepada para santri tentang keIndonesiaan yang digelorakan para ulama.

Hari Santri Nasional ditetapkan bersamaan dengan seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasjim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)