Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penggunaan Lie Detector untuk Tersangka Pembunuhan Brigadir J Dinilai Tidak Efektif, Ini Alasannya

Penggunaan lie detector atau alat deteksi kebohongan kepada tersangka kasus pembunuhan Brigadir J mendapat tanggapan sejumlah kalangan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Penggunaan Lie Detector untuk Tersangka Pembunuhan Brigadir J Dinilai Tidak Efektif, Ini Alasannya
Kolase Tribunnews
Kolase foto ilustrasi pemeriksaan pakai lie detector dan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Penggunaan lie detector atau alat deteksi kebohongan kepada tersangka kasus pembunuhan Brigadir J mendapat tanggapan sejumlah kalangan.

Termasuk diantaranya dari Mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Ito Sumardi.

Menurut Ito lie detector atau alat deteksi kebohongan sudah tidak lagi digunakan oleh negara-negara maju.

Sebab akurasi dari alat lie detector atau pendeteksi kebohongan tidak sepenuhnya akurat, hanya 60-70 persen.

“Di negara-negara maju lie detector ini juga tidak terlalu dijadikan satu alat yang bisa digunakan, bisa mengecek apakah orang itu menyampaikan suatu keterangan secara akurat atau tidak, secara benar atau tidak,” kata Ito Sumardi dikutip dari Kompas.TV. Rabu (7/9/2022).

Baca juga: Membandingkan Kuat Maruf Cs & Jessica Kopi Sianida: Sama-sama Lolos Lie Detector, Apa Akan Senasib?

Ito pun menggambarkan bagaimana akurasi lie detector akhirnya diragukan ketika itu diterapkan kepada orang yang lelah, stres, hingga residivis.

“Dalam kondisi seseorang dalam kondisi nervous, stres, lelah atau sakit ya, itu maka, yang bersangkutan itu akan sangat mempengaruhi daripada hasilnya,” ujar Ito Sumardi.

Berita Rekomendasi

“Demikian pula ada orang-orang yang memang sudah terbiasa, biasanya residivis ya, ya itu dia mampu menghandle pertanyaan yang menjebak sehingga hasilnya itu menampilkan pola yang tidak menunjukkan kalau orang tersebut berbohong ya.”

Dalam keterangannya, Ito pun mengatakan biasanya penerapan pemeriksaan dengan lie detector terhadap tersangka dan saksi dilakukan karena penyidik ingin mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Tidak hanya itu, Ito juga menduga penyidik mengetahui masih ada yang disembunyikan sehingga menerapkan pemeriksaan dengan menggunakan lie detector.

“Ini suatu hal yang biasa dan biasanya dilakukan oleh pihak penyidik, karena apa, pihak penyidik ingin mendapatkan hasil yang optimal daripada hasil pemeriksaan saksi-saksi maupun tersangka,” ujarnya.

“Karena penyidik menduga ada hal-hal yang disembunyikan, sehingga digunakan alat poly grap atau lie detector ini, hanya memang penyidik tidak terlalu mengandalkan alat ini karena alat tersebut akurasinya diragukan.”

Dalam perkembangan kasus pembunuhan Brigadir J, polisi menerapkan pemeriksaan dengan alat lie detector terhadap tersangka Putri Candrawathi dan asistennya Susi.

Sebelumnya, tersangka lain dari kasus ini, seperti Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, lalu Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf juga menjalani pemeriksaan dengan lie detector.

Sementara terhadap Ferdy Sambo, rencananya pemeriksaan itu akan dilakukan pada hari ini, Rabu (7/9/2022).

Tujuan Lie Detector

Penasihat Ahli Kapolri Irjen (Purn) Aryanto Sutadi mengatakan pemeriksaan Putri Candrawathi dengan lie detector merupakan unsur penting untuk mengetahui murkanya Ferdy Sambo kepada Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Karena, kata dia, keterangan Putri Candrawathi adalah sumber malapetaka yang menyebabkan Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas.

Meskipun, lie detector atau alat pendeteksi kebohongan tidak 100 persen efektif memeriksa orang yang terbiasa melakukan kebohongan.

“Malapetaka ini kan karena keterangan Ibu Putri ke suaminya, dia mengadu tengah dilecehkan sampai diperkosa atau diapakan, itu kan berubah-ubah, jadi yang ingin diketahui adalah apa yang disampaikan Ibu Putri kepada suaminya sehingga suaminya kalap tak terkendali,” ujarnya dikutip dari Kompas.TV.

“Karena itu (Keterangan Putri Candrawathi ke Ferdy Sambo) merupakan unsur yang penting sekali untuk mengetahui niat dari Bapak Ferdy, jadi yang dibutuhkan keterangan dari Ibu Putri kira-kira apa sih sebetulnya yang terjadi itu.”

Aryanto dalam keterangannya menambahkan pemeriksaan juga dilakukan dengan keilmuan membaca wajah.

Dalam sejumlah perkara, penerapan membaca wajah terbukti berhasil dilakukan.

Sementara lie detector atau alat pendeteksi kebohongan tidak 100 persen efektif memeriksa orang yang terbiasa melakukan.

“Itu langkah untuk keseriusan ya daripada Polri untuk mengusut perkara ini dengan serius dan secara Scientific Crime Investigation, ini langkah yang bisa ditempuh saat ini,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas