Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KPAI Minta Pondok Pesantren Gontor Ikut Bertanggung Jawab terkait Kasus Kekerasan terhadap Santri

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti meminta pondok pesantren turut bertanggung jawab atas kasus kekerasan terhadap santri.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
zoom-in KPAI Minta Pondok Pesantren Gontor Ikut Bertanggung Jawab terkait Kasus Kekerasan terhadap Santri
Tangkap layar INSTAGRAM/@soimah_didi
Tangkap layar postingan Soimah, ibunda santri asal Palembang yang tewas dianiaya di Ponpes Gontor. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti meminta pondok pesantren turut bertanggung jawab atas kasus kekerasan terhadap santri. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti meminta pondok pesantren turut bertanggung jawab atas kasus kekerasan terhadap santri.

Hal tersebut diungkapkan Retno Listyarti menanggapi kasus kekerasan yang terjadi di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.

"Kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan dan melibatkan para peserta didik, maka seharusnya tidak semua ditimpakan kepada anak-anak pelaku, pihak Ponpes harus ikut bertanggungjawab," ujar Retno Listyarti melalui keterangan tertulis, Senin (12/9/2022).

Menurut Retno, tindakan kekerasan terhadap santri terjadi akibat lemahnya sistem pengawasan di pesantren.

Baca juga: Ada Memar Bekas Benda Tumpul di Dada Korban, Terduga Pelaku Penganiayaan di Ponpes Gontor Diperiksa

Retno menilai tindakan kekerasan terhadap santri tidak akan terjadi kalau sistem pengawasannya bagus.

Selama ini, Retno mengungkapkan pondok pesantren kerap memanfaatkan santri senior untuk pengawasan santri lainnya.

BERITA REKOMENDASI

Kementerian Agama, menurut Retno, perlu mengevaluasi sistem pengawasan yang diterapkan di pesantren.

"Sistem pengawasan Ponpes perlu dievaluasi, karena manajemen ponpes umumnya memanfaatkan santri senior untuk melakukan pengawasan rutin, apalagi ketika jumlah santrinya sangat banyak, tidak hanya ratusan, bisa ribuan," ungkap Retno.

Dia mempertanyakan apakah selama ini ada teguran ketika para santri senior yang bertugas mengawasi santri junior melakukan kekerasan.

"Apakah ada ketentuan di ponpes bahwa tidak diperkenankan melakukan kekerasan dengan alasan apapun, termasuk atas nama mendisiplinkan?” ujar Retno.

Beberapa Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD), kata Retno, menerima pengaduan dari orang tua santri yang anaknya mengalami kekerasan fisik dan kekerasan verbal.

Kekerasan fisik tersebut di antaranya luka di wajah, dada, punggung, dan perut dari anak korban yang berbeda-beda.

"Anak-anak korban stres hingga membutuhkan penanganan serius, dan akhirnya memilih mundur karena merasa tidak ada jaminan perlindungan dari pihak ponpes jika anaknya tetap berada disana," ujar Retno.

Baca juga: Surat Pernyataan Orangtua Santri Tidak Akan Libatkan Pihak Luar, Begini Tanggapan Kapolres Blitar

Sempat Tak Transparan Terkait Tewasnya AM 

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) sempat tidak transparan terkait penyebab kematian AM, santri asal Palembang, Sumatera Selatan.

AM sempat disebut meninggal karena kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Pondok Gontor kemudian mengeluarkan klarifikasi terkait kematian AM karena tindakan penganiayaan.

Pernyataan ini respons dari viralnya video di media sosial, Soimah ibu dari santri berinisial AM yang mengendus kejanggalan pada tewasnya sang anak. 

Soimah mendapatkan laporan dari wali santri lain yang menyebutkan korban AM meninggal bukan karena kelelahan.

Keluarga akhirnya meminta peti jenazah anaknya dibuka, ternyata kondisi korban bukan karena jatuh, melainkan diduga akibat kekerasan.

"Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga."

"Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima."

"Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi," kata Soimah, dilansir Tribunnews, Rabu (7/9/2022). 

Ponpes Gontor Minta Maaf

Pihak PMDG Ponorogo akhirnya meminta maaf dan berduka cita atas wafatnya santri tersebut.

PMDG juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga korban karena tidak jelas dan terbuka dalam proses pengantaran jenazah.

Tim pengasuhan santri juga mengakui bahwa menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya korban.

Baca juga: POPULER REGIONAL: Curhat Pilu Ibu Santri Ponpes Gontor | Teller Bank Gelapkan Uang Nasabah Rp 6,2 M

"Menyikapi hal ini kami langsung bertindak cepat dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut," kata Juru bicara PMDG Ponorogo, Jawa Timur, Noor Syahid, 

Sanksi itu berupa dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari ponpes secara permanen. 

PMDG Ponorogo juga siap mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini. 

Polisi Gelar Olah TKP

Satreskrim Polres Ponorogo melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait tewasnya santri AM. 

Dari olah TKP tersebut, pihak kepolisian telah mengamankan sejumlah barang bukti, mulai dari pentungan, minyak kayu putih, air mineral, hingga becak.

Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan, olah TKP difokuskan di tempat perkemahan,. 

Di mana tempat tersebut digunakan santri saat peristiwa terjadi.

Selain itu, pihak kepolisian juga melakukan pra rekonstruksi, mulai dari tempat perkemahan hingga terakhir di IGD Rumah Sakit Pondok Gontor.

"Kita sudah melaksanakan olah TKP pengumpulan barang bukti yang dilanjutkan dengan pra rekonstruksi, dalam pra rekonstruksi ada total 50 adegan yang sudah dirangkum dari awal sampai akhir di IGD." 

"Selanjutnya ada tahap pemeriksaan, sudah 11 orang termasuk dari staf IGD," kata AKBP Catur Cahyono Wibowo, Selasa (6/9/2022).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas